Mohon tunggu...
Nur Aida Oktaviana
Nur Aida Oktaviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

People Pleaser: Kamu Termasuk di Dalamnya?

11 Juni 2024   21:00 Diperbarui: 11 Juni 2024   21:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Apakah kamu pernah merasa sangat sulit untuk mengatakan "tidak"? Apakah kebahagiaan orang lain sering kali menjadi prioritas utama dalam hidupmu, bahkan jika itu mengorbankan kebahagiaanmu sendiri? Jika iya, kemungkinan besar kamu masuk kategori seorang people pleaser.

People pleaser adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki dorongan kuat untuk menyenangkan orang lain. Mereka cenderung mengorbankan kebahagiaan demi memenuhi harapan dan permintaan orang lain, dengan tujuan mendapatkan penerimaan dan penghargaan. Hal ini lebih umum dari yang disadari banyak orang, dan sering kali berakar dari keinginan mendalam untuk merasa diterima dan dicintai.

Bagaimana kamu bisa mengetahui apakah kamu seorang people pleaser? Beberapa ciri umum meliputi kesulitan mengatakan "tidak", kebutuhan untuk mencari persetujuan, menghindari konflik, merasa bertanggung jawab terhadap perasaan orang lain, dan sering mengorbankan diri sendiri. Jika kamu sering merasa sulit menolak permintaan orang lain, meskipun itu membebani dirimu sendiri, atau kamu terus-menerus mencari validasi dari orang lain untuk merasa berharga, itu merupakan tanda-tanda yang jelas. Selain itu, jika kamu akan melakukan apa saja untuk menghindari pertengkaran atau perbedaan pendapat, merasa bertanggung jawab atas kebahagiaan dan kesejahteraan orang lain, serta cenderung mengabaikan kebutuhan dan keinginan pribadi demi orang lain, kemungkinan besar kamu adalah seorang people pleaser.

Ada berbagai alasan mengapa seseorang bisa menjadi people pleaser, salah satunya adalah kebutuhan untuk diterima dan dicintai. Pengalaman masa kecil yang kurang mendapatkan perhatian atau cinta dari orang tua sering kali membuat seseorang tumbuh menjadi dewasa yang mencari validasi. Faktor budaya juga ber peran penting, terutama dalam budaya yang mengajarkan nilai-nilai positif pada sikap mengutamakan kepentingan orang lain. Lingkungan sosial yang menghargai konformitas dan menghindari konflik dapat mendorong perilaku people pleaser.

Meskipun terlihat baik dan mulia, menjadi people pleaser bisa berdampak negatif bagi kesehatan mental dan fisik. Terlalu banyak menghabiskan energi untuk orang lain tanpa memikirkan diri sendiri bisa menyebabkan kelelahan fisik dan membuat emosional meningkat. Selalu berusaha memenuhi harapan orang lain bisa membuatmu kehilangan jati diri dan tujuan hidup. Kebiasaan mengorbankan diri dapat membuatmu terjebak dalam hubungan yang tidak seimbang dan eksploitatif, serta tekanan untuk selalu menyenangkan orang lain dapat menyebabkan tingkat stress dan kecemasan yang tinggi.

Jika kamu merasa termasuk dalam kategori ini dan ingin berubah, penting untuk mengenali dan mengakui kebiasaan tersebut. Langkah pertama adalah belajar mengatakan "tidak". Mulailah dengan hal-hal kecil dan pelan-pelan tingkatkan kemampuanmu untuk menolak permintaan yang tidak sesuai dengan kemampuan atau keinginanmu. Pahami batasanmu dan jangan ragu untuk menetapkannya kepada orang lain. Ingatkan dirimu bahwa kebahagiaanmu juga penting. Luangkan waktu untuk diri sendiri dan melakukan hal-hal yang kamu nikmati. Jika merasa kesulitan, carilah dukungan dari teman, keluarga, atau bahkan profesional yang dapat membantumu mengubah pola perilaku ini.

Menjadi people pleaser memang bisa memberikan kepuasan tersendiri ketika melihat orang lain bahagia, tetapi jangan sampai mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan diri sendiri. Penting untuk menemukan keseimbangan antara membantu orang lain dan menjaga diri sendiri. Perlu diingat juga bahwa kamu juga berhak untuk bahagia dan merasa dihargai tanpa harus selalu mengorbankan diri demi orang lain. Mengubah kebiasaan menjadi people pleaser memang tidak mudah, tetapi sangat mungkin dilakukan dengan kesadaran dan usaha yang konsisten. Mengenali nilai diri dan memahami bahwa kamu layak dihargai dan dicintai tanpa perlu mengorbankan diri adalah langkah awal menuju kesejahteraan yang lebih baik. Jadi, apakah kamu termasuk people pleaser? Jika iya, sudah saatnya untuk mulai memikirkan dirimu sendiri dan mengubah kebiasaan tersebut demi kesejahteraanmu. Dengan begitu, kamu bisa menemukan kebahagiaan yang sejati dan hubungan yang lebih sehat serta saling menghargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun