Berpikir secara iilsafat, dapat membantu kita untuk menemukan jawaban atas suatau pertanyyan secara mendasar dan menyadari bahwa seabgai manusia ciptaan Tuhan yang derajatnya lagi lebih tinggi dari pada makhluk yang lainnya, kita memiliki anugerah daya cipta. Berikut
ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa Pancasila adalah suatu fllsafat.
Di dalam buku yang berjudul "Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945" karangan Muh. Yamun (1962), beliau menyebutkan bahwa: "Ajaran Pancasila tersusun secara harmonis dalam suatu sistem msafat. Hakikat filsafat Friedxich Hegel (1770-1831) adalah sintesis pikiran lahil' dari antitesis pikiran. Dari pertentangan pildran lahirlah perpaduan pendapat yang harmonis, ini adalah tepat.Â
Sama halnya dengan ajaran Pancasila, satu sintesis negara yang lahir dari satu antitsis. Dan kemerdekaan itu kita susun menurut ajaran filsafat Pancasila yang disebutkan dengan tegas dalam mukaddimah konstitusi 1945 itu yang berbunyi: "maka dengan ini kami menyusun kemerdekaan kami itu dalam suatu Piagam Negara yang berbentuk republik kesatuan berdasarkan ajaran Pancasila, di sini disebutkan sila kelima untuk mewujudkan kebahagiaan, kesejahteraah, perdamaian dunia, dan kemerdekaan". Kalimat ini merupaka kalimat sintesis.Â
Tidakkah jelas dan nyata menyebutkan satu sintesis pikiran atas antitesis pendapat" untuk itu, sama halnya dengan gagasan Friedrich Hegel beralasanlah pendapat bahwa ajaran Pancasila itu adalah suatu sistem tilsafat, sependapat dengan Neo Hegelian. Kelima sila itu tersusun dalam suatu perumusan pemikiran msafat yang harmonis. Pancasila sebagai hasil penggalian Bung Karno ini sesuai dengan pandangan Neo Hegelian.
Di dalam buku yang beljudul "Pikiran sekitar Pancasila" karangan Soediman Kartohadiprojo mengemukakan bahwa: Pancasila disajikan sebagai pidato untuk memenuhi permintaan memberikan dasar filsafat negara, maka disajikannya Pancasila sebagaj Iilsafat adalah seperti halnya buah-buahan diberikan lalu dimakan dengan keyakinan bahwa dengan buah-buahan itu itu, sesuaru penyakit dapat diberantas, dengan demikian buah-buahan tersebut menjadi obat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H