Pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) menjadi semakin populer, baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini seiring dengan meningkatnya minat penutur asing untuk belajar bahasa Indonesia, tak hanya sebagai keterampilan bahasa, tetapi juga sebagai sarana untuk memahami budaya lokal. BIPA bukan sekadar ajang pembelajaran bahasa; lebih dari itu, ia menjadi wadah untuk mengenalkan identitas dan nilai-nilai budaya Indonesia kepada dunia.
Sebagai pendekatan inovatif dalam pembelajaran bahasa, penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal memiliki dampak positif yang signifikan bagi penutur asing. Di Sekolah Bahasa Bolasugi, tepatnya yang berada di Makassar bahan ajar yang menggabungkan unsur-unsur budaya lokal telah diujikan kepada para penutur asing. Penelitian yang dilakukan terhadap empat orang penutur asing dari berbagai latar belakang budaya menunjukkan bahwa integrasi budaya lokal dalam bahan ajar mampu meningkatkan minat, kenyamanan, dan keterlibatan penutur asing dalam proses pembelajaran.
Dampak Positif Kearifan Lokal dalam Pembelajaran. Menurut para penutur asing yang diwawancarai, bahan ajar yang berbasis kearifan lokal, seperti pengenalan budaya bertutur sapa dan gotong royong, menambah daya tarik dalam belajar. Mereka merasa bahwa bahan ajar ini tidak hanya membantu mereka memahami bahasa, tetapi juga konteks sosial yang menyertainya. Misalnya, mereka belajar bagaimana berkomunikasi dengan sopan dan cara membangun hubungan baik dengan masyarakat lokal. Hal ini sejalan dengan teori pendidikan yang menyatakan bahwa pembelajaran bahasa akan lebih efektif jika melibatkan aspek budaya, karena bahasa dan budaya pada dasarnya tidak dapat dipisahkan.
Kenyamanan dan Keterlibatan Belajar yang Lebih Baik. Penutur asing mengungkapkan bahwa bahan ajar berbasis budaya membuat mereka merasa lebih nyaman dan percaya diri dalam menggunakan bahasa Indonesia. Pendekatan ini membantu mereka lebih mudah memahami makna kata dan ungkapan, karena materi yang diajarkan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Pengalaman belajar ini memberikan konteks yang kaya dan relevan, sehingga mereka lebih siap dalam berinteraksi dengan penutur asli bahasa Indonesia di kehidupan nyata.
Meningkatkan Pemahaman dan Apresiasi Budaya Indonesia Lebih dari sekadar belajar bahasa, pendekatan kearifan lokal juga menumbuhkan apresiasi terhadap budaya Indonesia di kalangan penutur asing. Mereka mendapatkan wawasan mendalam tentang cara hidup, adat istiadat, dan nilai-nilai yang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia. Salah satu contoh yang dirasakan oleh penutur asing adalah pemahaman tentang konsep keluarga besar di Indonesia, di mana ikatan keluarga diperluas hingga mencakup kerabat jauh dan mengedepankan semangat gotong royong. Bagi penutur asing, konsep ini berbeda dari budaya mereka dan memperkaya pengalaman belajar mereka.
Kesimpulan:
Penggunaan bahan ajar berbasis kearifan lokal dalam pembelajaran BIPA adalah langkah strategis dalam mengajarkan bahasa Indonesia sekaligus mengenalkan budaya bangsa. Materi yang relevan secara budaya tidak hanya memudahkan pemahaman bahasa tetapi juga membantu penutur asing beradaptasi dengan lingkungan sosial yang baru. Pendekatan ini diharapkan dapat terus diterapkan dan dikembangkan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyeluruh bagi penutur asing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H