Mohon tunggu...
Nur Afifah Khairunnisa
Nur Afifah Khairunnisa Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Akademi Siswa Bangsa Internasional

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Legenda Sampuraga dan Legenda Batu Bagga

1 Desember 2014   03:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:24 3036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terdapat banyak cerita rakyat yang beragam macam, dan beragam pula versi-nya. Ada pula cerita rakyat yang memiliki kesamaan pada alur ataupun tema cerita tersebut. Ada dua cerita rakyat yang akan Saya analisis persamaan juga perbedaannya, Legenda Sampuraga dan Legenda Batu Bagga.

Legenda Sampuraga berasal dari Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Legenda Sampuragabercerita tentang anak laki-laki yang durhaka pada ibunya dan karena itu ada sebuah tempat di Kabupaten Mandailing yang dikutuk menjadi sebuah kolam. Warga sekitar menganggap bahwa semua yang ada di sekitar kolam tersebut adalah penjelmaan dari acara pernikahan Sampuraga yang terkena kutukan, karena malu dan pura-pura tidak mengenali ibunya saat ibunya datang ke acara pernikahannya. “Kolam Sampuraga” adalah nama yang diberi oleh masyarakat sekitar.

Dahulu kala, di daerah Padang Bolak, di sinilah Sampuraga dan seorang janda miskin tak lain ialah ibunya tinggal, di gubuk yang reot, sudah tak layak pakai. Mereka setiap hari bekerja sebagai tenaga upahan di ladang milik orang lain. Suatu hari, Sampuraga mengobrol sama majikannya, orang yang memiliki ladang tersebut. Majikan Sampuraga menyarankan ia untuk merantau ke negeri yang sangat subur dan peduduknya hidup makmur, yaitu Negeri Mandailing. Terpikirkanlah di benaknya untuk pergi merantau demi mendapatkan kerjaan yang lebih baik agar terpenuhi cita-cita Sampuraga untuk membahagiakan ibunya. Sampuraga meminta restu dari ibunya dan berjanji pada ibunya bahwa disaat ia telah sukses nanti ia akan kembali. Mereka berpisah dengan penuh tangisan.

Berjalan menyusuri hutan dan sampailah Sampuraga di Pidoli, Mandailing. Ia bekerja pada seorang pedagang yang kaya-raya. Sampuraga juga sudah dipercaya sama majikannya akan rajinnya ia bekerja dan kejujurannya, karena itu Sampuraga diberi modal untuk membuka usaha. Usaha yang dibuka Sampuraga makin maju dan sukses, ia pun terkenal sebagai pengusaha muda yang kaya raya hingga ia sudah melupakan ibunya yang masih di gubuk reot. Sang majikan senang sekali bisa melihat kesuksesan Sampuraga dan berniat untuk menjodohkannya dengan satu-satunya putri yang ia miliki, terkenal sebagai gadis yang paling cantik di Kerajaan Pidoli. Sebulan sebelum acara pernikahan Sampuraga, puluhan kerbau dan kambing sudah siap disembelih. Sudah adat masyarakat wilayah Mandailing bagi pedagang-pedagang kaya yang biasanya mengadakan acara pernikahan besar-besaran. Berita tentang pernikahan Sampuraga ini sudah tersebar luas ke berbagai daerah, hingga sampai ke telinga ibunya.

Ibunya yang sudah berusia tak percaya bahwa seorang anak laki-laki yang ia besarkan kelak berkeluarga dengan putri seorang pedagang kaya. Dengan keraguan dan rasa penasaran sang ibupun memutuskan untuk pergi ke wilayah Pidoli untuk memastikan apa benar anaknya lah yang mengadakan acara pernikahan tersebut. Sesampainya di keramaian puluhan warga yang menyaksikan acara pernikahan Sampuraga, sang ibu yang sudah beruban, jalan terseok-seok, terkejut setelah melihat bahwa pemuda yang tampan dan gagah yang ia kenal sejak lama duduk di pelaminan bersanding dengan seorang putri yang cantik ialah anaknya, Sampuraga. “Sampuragaaaaa....”teriak ibu tua itu dari kejauhan. Sang ibu berlari mendekati Sampuraga dan mengatakan bahwa ia ialah ibu kandungnya. Sampuraga merasa malu melihat ibunya yang miskin, tua, dan mengenakan pakaian compang-camping dilihat oleh sang istri. Lalu, durhakanya ia tidak mengakui bahwa ibu tua sebagai ibu kandungnya dan malah menyuruh penjaga untuk mengusirnya. Sakit akan luka yang tergores di dalam lubuk hati sang ibu membuat muka yang sudah keriput tersebut basah kuyup akan derasan air mata dan kekesalan yang ia rasakan. Lalu, ia berdoa kepada Tuhan“Ya, Tuhan! Jika benar pemuda itu adalah Sampuraga, berilah ia pelajaran! Ia telah mengingkari ibu kandungnya sendiri”. Seketika itu juga, tiba-tiba langit diselimuti awan tebal dan hitam. Petir menyambar bersahut-sahutan. Tak lama kemudian, hujan deras pun turun diikuti suara guntur yang menggelegar seakan memecah gendang telinga. Banjir yang deras telah melahap semuanya, acara pernikahan Sampuraga, tak seorangpun yang selamat dari banjir tersebut termasuk Sampuraga dan istrinya.

Beberapa hari kemudian, wilayah Mandiliang telah menjadi kolam air yang sangat panas, terdapat berbagai batu yang menyerupai kerbau, lumut seperti bahan makanan. Oleh karena itu, masyarakat sekitar menganggap bahwa itu adalah penjelmaan dari acara pernikahannya Sampuraga. Sejak itulah tempat tersebut dinamai “Kolam Sampuraga”oleh masyarakat sekitar.

Legenda Batu Bagga berasal dari Sulawesi Selatan. Dahulu, ada seorang lelaki yang bernama Intobu, ia hanya memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Impalak. Mereka berdua hanya tinggal di sebuah gubuk kecil yang hanya bertapkan jerami. Setiap hari mereka pergi kelaut untuk mengais nafkah untuk biaya hidup mereka sebagai nelayan kecil. Suatu hari, Impalak telah merasa bosan dengan kerjaannya yang hanya memancing setiap hari. Dia ingin mencoba dan merasakan pekerjaan yang baru dan ia berpikir mungkin ia bisa memperbaiki kehidupannya dengan sang ayah. Lalu, ia memutuskan untuk merantau ke negeri orang. Dengan berat hati, sang ayah yang telah memperbolehkannya merantau untuk mendapatkan pekerjaan lain dengan janji bahwa Impalak tidak akan lupa dengan nusa bangsanya juga ayahnya sendiri. Ia pergi ke pelabuhan dan melihat dengan semangatnya sebuah bagga yang datang dari kejauhan, sebuah perahu layar. Bersalaman dan mencium tangan sang ayah dengan penuh linangan air mata, Impalak dengan bagganya telah menjauh dan menghilang dari pandangan Intobu.

Beberapa hari berlalu, setiap kali Intobu pergi ke pelabuhan, ia selalu membayangkan anaknya datang dari kejauhan menggunakan bagga dan ekspresi wajah yang gembira. Suatu hari, ia melihat seorang pemuda tampan berdiri di depan bagga. Pemuda itu didampingi oleh seorang istri yang cantik jelita, yang nyatanya putri dari negara rantauannya. Intobu merasa bahwa pemuda itu adalah Impalak, anaknya. “Impalak! Impalak, anakku!”teriak Intobu dengan semangatnya tetapi ia tidak mendapatkan balasan melainkan sang pemuda itupun tidak menoleh sama sekali.Intobu mencoba membariskan sampannya mendekati bagga anaknya, namun tiba-tiba muncullah gelombang yang besar dari laut. Sampan Intobu terkena gelombang dan hampir tenggelam. Ia meminta tolong kepada Impalak, tetapi anaknya sama sekali menghiraukan sang bapak tua tersebut. Ia merasa sedih dan kesal akan kelakuan anaknya dan berdoa kepada Tuhan “Ya, Allah. Silahkan mendengar doa Saya, Saya mengutuk anak yang memberontak ini dari bagga menjadi batu.”Tidak lama setelah Intobu berdoa, datanglah sebuah badai dan angin kencang melemparkan Impalak dari bagga. Angin itu begitu keras, mendorong bagga menuju ke pantai. Tiba-tiba, bagga itu dan Impalak berubah menjadi batu. Batu itu masih ada sampai sekarang dan orang-orang  menamakan  Batu itu  sebagai Batu Bagga.

Persamaan Cerita Legenda Sampuraga dan Legenda Batu Bagga

1.Tema

Cerita Legenda Sampuraga dan Legenda Batu Bagga memiliki tema yang sama, yaitu durhakanya seorang anak laki-laki terhadap orang tua kandungnya karena tidak mengakui orang tuanya, hanya karena merasa malu melihat orang tua mereka sudah tua dan miskin di depan istri mereka. Hingga, orang tua mereka merasa kesal dan murka. Lalu, dikutuklah kedua tokoh yang berbeda di dua cerita rakyat ini.

2.Kebudayaan merantau

Dalam kedua cerita ini, tokoh utama di dalamnya sama-sama merantau ke negeri orang untuk mendapat pekerjaan yang lebih baik dan bisa mengubah kehidupan mereka dengan orang tua mereka. Kedua tokoh ini juga berpamitan dengan linangan air mata akan berpisahnya mereka dengan orang tuanya dan berjanji kepada orang tua mereka bahwa mereka akan kembali saat mereka kelak sukses.

3.Tempat tinggal dan kondisinya

Kedua cerita legenda ini memiliki kesamaan dalam kondisi keluarga, yaitu miskin. Hanya tinggal di gubuk sederhana yang sudah reot.

4.Menikahi seorang putri

Kedua tokoh utama yang terdapat dalam kedua cerita ini setelah merantau jauh ke negeri orang, mereka menikahi seorang putri yang jantik jelita.

5.Durhaka

Kedua tokoh utama ini durhaka kepada orang tua mereka karena sudah mendapat semua yang mereka inginkan seperti kekayaan dan istri, serta hidup yang layak, daripada hidup dengan orang tua yang telah mengasih mereka dari kecil.

Perbedaan Cerita Legenda Sampuraga dan Legenda Batu Bagga

1.Kutukan dari orang tua tokoh utama di cerita ini

Orang tua Sampuraga mengutuk acara pernikahan Sampuraga menjadi kolam air yang panas yang dinamai “Kolam Sampuraga”. Sedangkan, Legenda Batu Bagga, sang ayah mengutuk Impalak menjadi batu.

2.Pekerjaan sehari-hari tokoh utama

Sampuraga bekerja sebagai tenaga upahan di ladang milik orang lain. Lalu, di tempat perantauannya, Sampuraga menjadi pedagang kaya raya yang ia dapat modalnya dari majikan ia sendiri. Sedangkan, Impalak sebagai nelayan kecil bersama ayahnya, tetapi tidak diketahui pekerjaan di tempat perantauannya.

3.Orang yang didurhakai oleh tokoh utama

Pada cerita Sampuraga, bersama ibunya lah ia tinggal dan ia durhaka pula kepada ibunya. Lain halnya dengan Impalak, ia tinggal bersama ayahnya dan ia durhaka kepada ayahnya.

Agar lebih mudah membedakan kedua cerita rakyat ini, Saya cantumkan beberapa perbedaan yang terdapat pada Legenda Sampuraga dan Legenda Batu Bagga.

Tabel perbedaan Legenda Sampuraga dan Legenda Batu Bagga

No.

Keterangan

Legenda Sampuraga

Legenda Batu Bagga

1.

Tokoh utama

Sampuraga

Impalak

2.

Orang tua tokoh utama

Ibu (janda)

Ayah yang bernama Intobu

3.

Pekerjaan tokoh utama

Tenaga upahan di ladang

Nelayan kecil

4.

Asal cerita

Sumatera Utara

Sulaawesi Selatan

5.

Keinginan untuk merantau

Saran dari sang majikan

Kemauan sendiri

6.

Nama Legenda

Sampuraga, dari nama tokoh utama.

Batu Bagga, karena tokoh utama dikutuk menjadi batu yang sedang diatas bagga ( kapal layar )

7.

Kutukan dari orang tua

Ibunya mengutuk acara pernikahan Sampuraga menjadi “Kolam Sampuraga”

Ayahnya mengutuk Impalak menjadi batu bagga karena tidak ingin mengakui ayahnya sebagai ayah kandungnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun