Mohon tunggu...
Nuraeni -
Nuraeni - Mohon Tunggu... lainnya -

menulis adalah belajar dan menjelajah pengalaman bagiku.. kehidupan adalah guru terbaikku dan aku masih membutuhkan bimibingan..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mendambakan Presiden yang Memerdekakan

2 November 2014   23:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:51 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah lebih dari setengah abad Indonesia merdeka. Enam puluh sembilan tahun silam, Ir. Soekarno atas nama bangsa Indonesia menyatakan Indonesia merdeka. Tercapailah misi bersama para pejuang bangsa yang rela mengorbankan harta benda, tenaga, bahkan nyawa. Meski mereka tahu masa itu bukanlah akhir dari cerita derita Indonesia.

Perjuangan pahlawan masa itu hanya bersenjatakan bambu runcing berlapiskan semangat yang berkobar melawan bedil-bedil, meriam dan tank milik kompeni yang haus kekuasaan. Ketika itu tampak jelas penjajahan yang dilakukan bangsa asing yang berusaha mengambil kekayaan Indonesia dan menguasainya.

Indonesia telah lama merdeka. Benar. Tidak lagi terdengar suara bedil beradu dengan bambu. Namun juga tidak tampak damai sejahtera. Suara bedil berganti dengan riuhburuh berdemo, masyarakat memprotes kebijakan BBM, naiknya harga sembako dan berbagai protes rakyat lainnya terhadap kebijakan pemerintah yang tidak sesuai dengan kehendak mereka. Banyak rakyat hidup sengsara, pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (www.bps.go.id). Sedang para pejabat negara dan pengusaha hidup begelimpangan materi. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin, begitulah hidup Indonesia selama ini. Ternyata Indonesia belum benar-benar merdeka.

Merdekanya Indonesia hanya sekedar diplomasi, pernyataan enam puluh sembilan tahun silam. Tidak terwujud sepenuhnya hingga sekarang.

Indonesia masih dalam kekuasaan negara-negara maju dan menjadi bangsa yang bergantung pada mereka. Indonesia memiliki kakayaan alam yang berlimpah namun hampir seluruhnya dikelola oleh negara maju sedangkan Indonesia hanya disisakan kerusakan alam. Seperti halnya Freeport yang telah mengeruk emas Indonesia dan memberikan royalti sebesar 3-4% yang semula hanya 1% saja (www.jakartagreater.com).

Produk berbagai negara beredar luas di kalangan masyarakat, melahirkan manusia-manusia konsumtif yang mengabaikan produk negeri sendiri yang menjadi penyebab matinya produksi dalam negeri dan pengusaha kecil domestik gulung tikar. Kalah bersaing dengan kemasan yang ditampilkan negeri orang.

Budaya pun mudah masuk dan meresapi generasi penerus bangsa ini. Gaya hidup mulai dari berpakaian, gaya berbicara, makanan dan banyak aspek kehidupan lain sudah menjauhi identitas sebagai bangsa Indonesia. Anak kecil tidak lagi bermain sondamanda, dakon, gerobak sodor. Mereka telah difasilitasi handphone dan tablet yang sudah canggih sebagai alat penghibur praktis oleh orang tua mereka. Dimana di dalamnya terdapat bermacam permainan dan tidak perlu mencari teman bermain.

Generasi muda Indonesia telah banyak meninggalkan budaya-budaya Indonesia yang adiluhung. Yang dalam setiap laku dan coraknya terdapat ulasan makna tersendiri. Ketika budaya milik Indonesia dirawat dan diakui bangsa lain, barulah menunjukkan bahwa mereka mengakui budaya itu sebagai miliknya. Memang begitulah manusia, dia baru merasa memiliki ketika dia sudah akan kehilangannya.

Prihatin generasi tua termasuk pahalwan pejuang bangsa melihat tingkah laku cucu-cucu mereka yang tidak sesuai tata krama. Indonesia seperti tanah tak berpenghuni dan tak berpunya.

Dimana sebenarnya manusia-manusia Indonesia? Negeri dengan tanah subur dan kekayaan melimpah ini harus kembali dijajah dan diperas lagi. Lebih mengerikan daripada sebelumnya. Karena penjajahan yang sedang berlangsung saat ini tidak nampak oleh mata dan sedikit masyarakat menyadarinya. Tidak lagi mempergunakan senjata namun dengan menanamkan pemikran-pemikiran yang menjatuhkan kualitas Indonesia. Strategi jitu, bagus dan sangat halus.

Kita harus tersadar dengan penjajahan kasat mata ini, menjadi masyarakat yang peduli terhadap nasib bangsa sendiri. Karena disini tempat kita terlahir dan tempat kita berjuang dalam hidup.

Pemerintah kiranya mengerti dengan semua penjajahan ini. Bahkan terkait penjarahan terhadap kekayaan alam Indonesia, mereka turut andil di dalamnya. Sebagai warga yang mencintai negeri dimana ia terlahir hanyalah berharap bahwa pemerintah dapat mengambil keputusan sebijaksana mungkin dalam mengatasi penjajahan halus ini. Tidak hanya membuat keputusan yang memberi keuntungan kalangan semata. Karena kalian adalah wakil-wakil yang telah dipercaya rakyat untuk mengemban amanah memipin bangsa menjadi lebih baik.

Semoga dengan pemimpin baru, kabinet baru dan pemerintahan yang baru dapat memperbaiki Indonesia dan menjadikan Indonesia jauh lebih baik dari sebelumnuya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun