Mohon tunggu...
Nuraeni IndahRachmadhani
Nuraeni IndahRachmadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya suka menulis lebih ke tulisan cerita-cerita novel

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehadiran Pengungsi Rohingnya di Aceh dan Implikasinya bagi Indonesia

9 Desember 2023   13:32 Diperbarui: 9 Desember 2023   13:52 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rohingnya merupakan kelompok etnis minoritas yang sebagian besar tinggal di negara bagian Rakhine, barat laut Myanmar. Rohingnya memiliki bahasa dan budaya serta mayoritas beragama Islam. Pada masa penjajahan Inggris Rakhine menjadi bagian dari Provinsi Bengal dan diperintah oleh pemerintah kolonial India. Pada kejadian saat itu, banyak orang Rohingnya mendapatkan status kewarganegaraan dan identitas resmi. Namun, setelah kemerdekaan Myanmar pada tahun 1948, hak-hak dan status kewarganegaraan mereka mulai diragukan.

            Pemerintah Myanmar memberlakukan kebijakan yang membatasi hak kewarganegaraan dan hak-hak lainnya bagi Masyarakat Rohingnya. Pada tahun 1982, Undang-undang kewarganegaraan diperbarui, memnyebabkan Masyarakat Rohingnya kehilangan status kewarganegaraannya, membuat mereka menjadi kelompok tak diakui secara resmi.

            Kemudian seiring berjalannya waktu masyarakat Rohingnya mengalami penganiayaan yang sistematis oleh pemerintah Myanmar, termasuk juga pembatasan kebebasan bergerak, akses terbatas terhadap layanan kesehatan dan pendidikan, serta tindakan kekerasan fisik dan seksual.

            Rohingnya, kelompok etnis minoritas Muslim, telah menghadapi diskriminasi sistemik dan penindasan di Myanmar selama bertahun-tahun. Puncaknya yaitu pada than 2017, serangkaian serangan keamanan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Myanmar memicu reaksi kerasn dan pengungsian massal. Pelaporan menyebutkan pembunuhan massal, pemerkosaan, dan pembakaran desa sebagai bagian dari kampanye militer. Dari insiden pada tahun 2017 itu, Rohingnya terpaksa meninggalkan tanah air mereka untuk mencari perlindungan dan keamanan di negara-negara tetangga seperti Bangladesh.

            Selain Bangladesh, Rohingnya berupaya mengungsi dan mencari perlindungan ke beberapa tetangga negara lainnya menuju ke arah Kawasan Asia Tenggara. Rohingnya menuju negara Malaysia bahkan beberapa melarikan diri melalui perairan regional untuk mencapai Pantai Malaysia.

            Kemudian yang selanjutnya negara Thailand, sebagaian pengungsi Rohingnya mencari perlindungan ke negara Thailand juga melalui Pantai Thailand. Kemudian pada tahun 2015, terjadi serangkaian kejadian Dimana perahu Rohingnya mendarat di Pantai Aceh, Indonesia. Puncak dari kejadian tersebut yaitu pada bulan Mei 2015, Ketika ribuan pengungsi Rohingnya dan imigran Bangladesh ditemukan setelah perahu mereka terdampar di Pantai Aceh. Dari kejadian ini menyoroti krisis pengungsi Rohingnya dan meningkatkan kesadaran internasional terhadap kondisi sulit yang dihadapi oleh kelompok Rohingnya di Myanmar dan wilayah sekitarnya.

            Tepatnya pada tanggal 10 Mei 2015 Pemerintah Aceh dan otoritas Indonesia memberikan bantuan kemanusiaan yang mendesak kepada para pengungsi Rohingnya. Bahkan beberapa diantara dari para pengungsi itu diberikan tempat tinggal sementara dan bantuan medis. Penanganan krisis ini mencuatkan perhatian dunia terhadap kondisi sulit yang dihadapi oleh Rohingnya dan imigran dari Bangladesh. Aceh dengan tradisi kemanusiaan yang kuat terutama setelah bencana gempa dan tsunami pada tahun 2004, menunjukkan kepedulian terhadap nasip para pengungsi tersebut. Alasan mengapa Rohingnya memilih mendarat dan mengungsi di Aceh yaitu karena jarak geografisnya terletak relative dekan Myanmar, sehingga membuat Aceh menjadi tujuan yang dapat dijangkau oleh pengungsi Rohingnya.

            Rohingnya berpindah tempat mengungsi dari Bangladesh menuju negara lain dikarenkan ketegangan sosial dan ekonomi yang terjadi. Kedatangan Rohingnya dengan jumlah yang besar ke Bangladesh terutama di wilayah Cox's Bazar, dapat menimbulkan tekanan pada sumber daya dan infrastruktur local. Dari kejadian ini dapat menyebabkan ketegangan sosial dan ekonomi diantara komunitas local dan pengungsi. Situasi sulit seperti itu di kamp pengungsian juga dapat menciptakan lingkungan yang rentan terhadap proses radikalisasi. Meskipun hingga saat ini belum ada bukti substansial mengenai keterlibatan pengungsi Rohingnya dalam aktivitas teroris, tetapi potensi tersebut selalu menjadi perhatian.

            Dari desas-desus kabar tentang tingkah Rohingnya ditempat pengungsian, imigran Rohingnya disebut memberi kesan tidak baik bagi Masyarakat "mereka memberi kesan tingkah laku dan perbuatan yang kurang baik serta tidak sesuai dengan adat dan norma-norma peraturan desa" ujar Joko melalui berita News detik.com. Puncaknya pada hari Kamis, 16 November 2023 masyarakat Aceh menolak imigran Rohingnya yang akan datang lebih banyak lagi.

            Pengungsi Rohingnya yang datang ke Indonesia, termasuk Aceh dapat memiliki berbagai implikasi bagi negara dan Masyarakat setempat. Tentang kemanusiaan pegungsi Rohingnya biasanya tiba dalam kondisi Kesehatan dan keamanan yang rentan. Pemerintah dan Masyarakat setempat perlu merespons tantangan kemanusiaan, seperti menyediakan tempat tinggal, makanan, layanan Kesehatan dan Pendidikan. Berdampak pada tekanan sumber daya local terutama di daerah yang sudah memiliki tantangan Pembangunan. Melibatkan air bersih, fasilitas Kesehatan, Pendidikan, dan infrastruktur umum lainnya.

            Terdapat potensi terjadinya ketegangan sosial diantara pengungsi Rohingnya dan Masyarakat local. Pemahaman dan Kerjasama yang baik antara pemerintah, kelompok Masyarakat, dan pengungsi sangat penting untuk menugrangi risiko ketergantungan. Penerimaan pengungsi dalam jangka Panjang dapat membawa dampak pada ekonomi local. Sementara beberapa pengungsi mungkin menjadi bagian dari ekonomi local, tetapi dalam beberapa kasus, ada tantangan terkait persaingan pekerjaan dan sumber daya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun