Mohon tunggu...
Nur Aeni
Nur Aeni Mohon Tunggu... -

Masih belajar menulis...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Inilah Potret Masyarakat Kita: Gemar Berkata Kasar

15 Maret 2012   07:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:01 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap pagi setelah anak berangkat sekolah, rutinitas diawali dengan membuka Yahoo untuk cek email dan menjawab email yang masuk,buka facebook untuk cek kabar teman-teman dan baru dilanjut situs lainnya kalau waktunya memungkinkan.

Berita yang tersaji di internet seperti Yahoo Indonesia, detik.com dan lainnya umumnya berita yang kontroversial karena memang berita itulah yang menarik untuk dibaca. Setelah membaca berita yang menarik, biasanya saya penasaran untuk membaca komentar para pembaca. Sungguh komentar pembaca selalu membuat saya tercenung karena banyaknya komentar bernada menghujat dengan kata-kata yang kasar dan tidak pantas serta sebagian bernada sara. Sayang tidak ada sensor dari pengelola web. Tidak peduli yang dihujat itu artis, tokoh politik, tokoh masyarakat, pemerintah, lembaga negara, ormas, bahkan ustad/kyai dan MUI.

Saya pikir orang melek internet minimal orang yang berpendidikan (apapun pendidikannya), beragama (apapun agamanya), memiliki penghasilan (minimal bisa beli pulsa atau modem) dan tinggal di kota (minimal terjangkau oleh sinyal HP/internet), tetapi komentar-komentar kasar tidak mencerminkan latar belakang tersebut, seperti hidup sendirian di sebuah planet atau negeri antah-berantah.

Apakah mereka berani berkomentar kasar atau sangat kasar karena mereka umumnya menggunakan nama samaran sehingga orang lain tidak tau identitas yang sebenarnya? Atau apakah karena setiap hari media TV, koran, internet selalu memborbardir masyarakat dengan berbagai berita negatif sehingga melahirkan masyarakat yang suka berkata-kata negatif? Atau apakah karena beratnya beban hidup setiap hari; pekerjaan yang menekan, perjalanan ke kantor yang macet luar biasa, biaya hidup yang selalu naik, harga bahan pokok dan barang-barang lain yang makin mahal?

Kita tidak bisa mengontrol hal-hal yang terjadi di sekeliling kita, tetapi kita harus bisa mengontrol diri sendiri. Kendali kita ada di tangan kita, bukan orang lain. Bagaimana kita merespon hal-hal yang terjadi pada diri kita atau di lingkungan kita akan mempengaruhi kualitas diri dan hidup kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun