Mohon tunggu...
nur hidayah
nur hidayah Mohon Tunggu... -

mahasiswa PGSD Kampus VI Kebumen

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Berbagai Teori Belajar

10 November 2010   02:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:44 3565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Proses belajar dimulai sejak manusia masih bayi sampai akhir hidupnya. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh pemahaman guru terhadap teori belajar. Teori belajar dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan pembelajaran. Dengan memahami teori belajar guru diharapkan dapat memberikan pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.

Teori Belajar dan Pembelajaran (Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan)

Teori belajar bahavioristik merupakan teori belajar yang paling awal dikenal. Namun, sebelum itu telah berlaku dua perspektif, yaitu perspektif strukturalis dari Wundt dan psikologi fungsionalis dari Dewey. Teori bahavioristik ini lahir sebagai upaya untuk menyempurnakan dua perspektif tersebut. Perspektif strukturalis percaya akan perlunya penelitian dasar yang mempelajari tentang otak manusia. Psikologi fungsionalis menyatakan perlu adanya kajian tentang perilaku, selain kajian tentang fungsi proses mental, dan hubungan antara proses mental dan tubuh manusia.

Behaviorisme pertama kali dikemukakan oleh Ivan Pavlov pada tahun 1927. Selama beberapa decade perspektif ini sangat berpengaruh pada peyelenggaraan pendidikan. Aliran perspektif lainnya yang berpengaruh misalnya adalah kognitivisme dan konstruktivisme.

Perspektif atau pendekatan pendidikan berkembang dari waktu ke waktu. Pada saat ini, teori terdahulu masih digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan. Banyak sekolah yang menggunakan teori belajar dahulu, misalnya behaviorisme, kognitivisme, hanya saja dikembangkan melalui model pembelajaran.

Sepeti apa pun nantinya bentuk teori pada masa mendatang, kita harus memanfaatkan sebaik mungkin teori yang telah ada. Seringkali perspektif yang baru merupakan kombinasi atau sinergi dari teori-teori sebelumnya. Namun, kita tidak boleh memandang bahwa teori yang baru adalah teori yang paling baik.

Analisi Berbagai Teori Pembelajaran

Teori Belajar Behavioristik

Secara umum teori behavioristik lebih melihat kualitas manusia dari aspek kinerja atau perilaku yang dapat dilihat secara nyata. Menurut teori behavioristik, proses pembelajaran lebih menekankan pada proses pemberian rangsangan (stimulus) dan rutinitas respon yang dilakukan oleh siswa. Stimulus adalah apa pun yang diberikan guru kepada peserta didik. Sedangkan respons merupakan reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru.

Selain itu, penguatan (reinforcement) juga diperlukan dalam proses belajar. Penguatan dilakukan untuk mengaktifkan siswa sehingga aktivitas dapat memperkuat munculnya respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila orang tersebut dapat menunjukkan perubahan tingkah lakunya.

Hull mengatakan bahwa kebutuhan biologis dan pemuasan kebutuhan biologis sangat penting dalam seluruh kegiatan manusia, sehinnga stimulus dalam belajar dikaitkan dengan kebutuhan biologis. Terpenuhinya aspek biologis khususnya yang bersifat material memberikan peluang besar bagi keberhasilan belajar. Guthrie mengemukakan bahwa stimulus tidak harus berhubungan dengan pemuasan biologis, ia menjelaskan bahwa hubungan stimulus dan respon cenderung bersifat sementara, sehingga harus sesering mungkin diberikan stimulus agar bersifat lebih tetap. Guthrie percaya bahwa hukuman (punishment) berperan penting dalam proses belajar. Namun, tidak semua hukuman bisa efektif dalam pembelajaran karena efektivitas hukuman ditentukan oleh lingkungan, karakter siswa, dan ideology siswa terhadap gurunya.

Disebutkan bahwa dalam proses belajar diperlukan adanya penguatan dan hukuman. Penguatan ini akan membantu mengaktifkan siswa untuk memperkuat munculnya respon. Selain itu, penguatan yang diberikan kepada siswa dapat meningkatkan motivasi belajar sehingga siswa akan belajar lebih baik lagi. Hukuman berperan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan tidak bebrbentuk kekerasan melainkan hukuman yang bersifat mendidik agar kesalahan tidak diulangi lagi. Namun, kadangkala hukuman juga tidak bisa memberikan efek jera, tetapi dapat membuat siswa merasa tertekan.

Kelemahan teori ini yaitu siswa cenderung berpikir linier, konvergen, serta tidak kreatif dan tidak produktif. Siswa juga tidak bebas berkreasi dan berimajinasi karena menurut teori ini belajar merupakan preoses pembentukan yang membawa siswa untukmencapai target tertentu.

Teori Belajar Kognitif

Secara umum menurut teori kognitif belajar adalah proses yang menekankan pada proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan berbagai aspek yang bersifat intelektualitas. Teori kognitif sering disebut sebagai model perseptual, yakni proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu obyek.

Teori kognitif merupakan suatu teori pembelajaran yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik. Kognitif menyangkut pada kemampuan sesorang untuk mengembangkan kemampuan rasional/ akalnya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif sesorang merupakan proses yang bersifat genetik, bertambahnya umur seseorang mengakibatkan susunan sel-sel saraf semakin kompleks dan meningkatkan kemampuannya khususnya dalam bidang intelektual. Brunner mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dipengaruhi oleh dinamika perkembangan realitas di sekitar kehidupan siswa. Dalam pembelajaran guru memberikan ruang gerak yang bebas kepada siswa untuk menemukan konsep atau pemahaman melalui contoh-contohyang ia alami atau jumpai dalam kehidupannya. Brunner berpendapat, perkembangan kognitif dapat dilakukan dengan cara mengajar dari hal yang sederhana ke yang lebih rumit/ luas.

Dalam proses belajar teori ini sangat berpengaruh pada kemajuan intelektual peserta didik. Kecerdasan peserta didik perlu dimulai dengan adanya pembentukan kualitas intelektual, sehingga dalam proses pembelajaran perlu diberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk mngembangkan kualitas intelektualnya.

Sekolah-sekolah yang menggunakan teori kognitif menekankan pada aspek-aspek yang bersifat intelektualitas. Oleh karena itu, lulusan hanya kaya akan intelektual, tetapi kurang dalam hal moral. Seharusnya pembelajaran dapat menyeimbangkan antara peran kognisi dan afeksi, sehingga lulusan memiliki keseimbangan antara aspek intelektual dan moral. Dalam proses belajar teori ini sangat berpengaruh pada kemajuan intelektual peserta didik. Kecerdasan peserta didik perlu dimulai dengan adanya pembentukan kualitas intelektual, sehingga dalam proses pembelajaran perlu diberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk mngembangkan kualitas intelektualnya.

Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivisme bukan menekankan pada proses membangun kualitas kognitif, melainkan lebih menekankan pada proses untuk menemukan teori yang dibangun dari realitas lapangan. Pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik. Pengetahuan yang dibangun atas dasar realitas yang ada dalam masyarakat menjadikan siswa lebih cepat menerima pengetahuan.

Dalam teori ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator atau moderator, guru tidak berperan untuk menyalurkan pengetahuan yang dimiliki, tetapi berusaha untuk memberdayakan seluruh potensi dan sarana yang dapat membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa.

Karena teori ini menekankan pada proses untuk menemukan teori, dalam pembelajaran harus memberikan ruang gerak yang bebas kepada siswa untuk menemukan informasi, ide, atau gagasan. Siswa harus aktif berpikir, aktif dalam kegiatan, dan kritis.

Teori Belajar Humanistik

Teori belajar humanistik menjelaskan bahwa proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia(humanisasi). Teori ini menjelaskan mengenai konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang ideal.

Menurut Kolb, belajar akan efektif dengan cara memberikan pengalaman secara optimal kepada siswa. Siswa harus dapat melihat dan merasakan pengalamannya sendiri agar dapat merumuskan konsep. Dalam proses pembelajaran, perlu diberikan kebebasan kepada peserta didik untuk melakukan pengamatan. Selanjutnya siswa diberi kebebasan untuk merumuskan hasil pengamatannya, misalnya mengembangkan suatu teori atau konsep. Tidak hanya itu, siswa juga harus mampu menerapkan teori dan konsep tersebut unutk memecahkan masalah.

Guru harus mampu memahami perbedaan dan menempatkan siswa sebagai seseorang yang harus dibimbing atau dikembangkan seluruh potensinya. Keberhasilan pembelajaran terlihat dari kemampuan peserta didik untuk melakukan sosialisasi kepada manusia.

Pergeseran Teori Belajar

Dalam teori belajar behaviorisme, hasil belajar dapat dilihat dari perubahan tingkah lakunya. Namun belajar tidak lah sesederhana itu, banyak faktor lain yang mempengaruhi proses belajar. Belajar tidak hanya proses perubahan pada tingkah laku yang nampak, tetapi sesuatu yang kompleks yang dipengaruhi oleh kondisi mental siswa. Teori ini dianggap kurang efisien dalam pembelajaran, lalu muncul teori-teori yang lain, yaitu teori belajar kognitif, konstruktivisme, dan humanistik. Menurut teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berpikir, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran. Teori ini lebih fokus pada aspek intelektual saja, sehingga dapat mengakibatkan kurang berkembangnya aspek moral.

Dalam teori konstruktivisme, untuk memperoleh pemahaman siswa mengkontruksi pemahamannya terhadap fenomena yang dijumpai dengan menggunakan pengalaman struktur kognitif dan keyakinan yang dimilki (Jonassen, 1991). Oleh karena itu pengetahuan dapat dikatakan bersifat subjektif. Pemahaman seseorang terhadap suatu konsep dapat berkembang dan berubah, ini dapat terjadi sesuai dengan pengalaman dan interaksi dengan pandangan lain yang ditemukan.

Teori humanistik memperhatikan dan memahami perbedaan, kelebihan, serta kekurangan peserta didik. Humanistik mementingkan pilihan pribadi, kreativitas, dan aktualisasi diri setiap individu belajar. Tujuan teori ini yaitu memanusiakan manusia, yakni mampu mengaktualisasi diri, mampu merealisasikan diri dalam kehidupan nyata.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap teori memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga dalam melaksanakan pembelajaran sebaiknnya tidak mengacu pada satu teori saja. Dalam memilih dan menerapkan teori belajar perlu diperhatikan pada tujuan belajar, materi belajar, dan kondisi peserta didik. Penggunaan teori yang tepat akan menjadikan pembelajaran yang tepat pula bagi peserta didik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun