Mohon tunggu...
Nur Ma'rifah
Nur Ma'rifah Mohon Tunggu... -

saya seorang mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

AYO MAU PILIH TEORI PEMBELAJARAN YANG MANA???

23 Oktober 2011   10:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:36 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau berbicara tentang pembelajaran, di pikiran kita sering muncul berbagai teori tentang pembelajaran yang banyak dikemukakan oleh para ahli. Seperti apa sih teori yang dikemukakan oleh para ahli tentang teori pembelajaran? Apakah kamu pernah mendengar stimulus dan respon??? Metode S-R merupakan metode yang paling ampuh yang digunakan di sekolahan yakni tempat memperoleh pengatahuan. Metode S-R yaitu menghubungkan stimulus dan respon. Bila guru mengajarkan hitungan 5+3= (yang merupakan stimulus) maka jawaban sebagai respon siswa yang diharapkan adalah 8. Atau ketika siswa mengerjakan soal ulangan, maka soal-soal tersebut adalah stimulus dan jawabanya adalah respon. Dsb

Teori stimulus dan respon tsb termasuk dari aliran behavioristik. Tokoh yang menganut teori ini yaitu ivan pavlov yang terkenal dengan teori classical conditioning. Percobaan ivan pavlov dengan menggunakan seekor anjing yang diberi stimulus yakni memberi anjing itu makanan. Hasil percobaan ivan pavlov bisa digambarkan seperti ini:

makanan (S)air liur keluar

lonceng berbunyi (S) tidak terjadi apa-apa

makanan (S)air liur (R)

bunyi lonceng (S)air liur (CR)

Cara belajar seperti yang digambarkan di atas sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Yakni ketika kita di lampu lalu lintas, dan lampu berwarna merah, maka kita berhenti. Selain itu ketika bel sekolah bunyi (tanda masuk), anak-anak masuk ruang kelas, ketika pulang sekolah maka kita inginnya makan, dsb.

Tokoh aliran behavioristik lainnya yaitu Watson, dengan hukum frekuensi dan resensinya. Menurutnya perilaku baru yang kompleks diperoleh melalui kombinasi berurutan dari reflex-refleks yang sederhana. Ia juga beranggapan bahwa dengan frekuensi yang sering seseorang bisa mempelajari sesuatu dengan benar yang sebelumnya mengalami berbagai kekeliruan.

Tokoh aliran behaviorisme yang lainnya yaitu thorndike. Dalam percobaannya dan penelitiannya ia menemuka sejumlah hukum belajar, antara lain ketika stimulus dan respon dilatih secara terus menerus, makin lama hubungan itu makin bertahan, jadi latihan memperkuat hubungan stimulus dan respon yang dikenal “the law of exercise or repetition”. Sebagai contoh, ketika anak belum hafal perkalian, anak tersebut terus diberi rangsangan berupa hafalan perkalian serta diberi pertanyaan seputar perkalian. Semakin sering anak itu dilatih maka lama kelamaan akan hafal. Jadi latihan dan pengulangan yang secara terus menerus bisa memperkuat stimulus. Selain itu S – R akan semakin erat apabila disertai rasa senang. Di kenal dengan “the law of effect” . Pujian bagi anak itu penting untuk mendorong anak belajar. Ketika anak senang maka akan mempererat S-R, tapi ketika anak merasa tidak senang seperti merasa tidak nyaman, maka S-R akan melemah.

Menurut skinner dengan teorinya yaitu operant conditioning berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik, dan sebaliknya bila ia tidak belajar maka responsnya akan menjadi menurun. Sesuai dengan hokum belajarnya yaitu low of operant conditioning dan low of operant extinction.

Ada lagi teori social learning-nya Albert Badura yang mengemukakan bahwa tidak hanya memandang S-R tapi juga memandang dari sisi akibat yang ditimbulkan sebagai reaksi terhadap lingkungan. Yang mendasar dari teori ini yaitu yang dipelajari individu terutama dalam belajar social dan moral yaitu terjadi melalui penirua (imitation) dan modeling/contoh perilaku. Tapi teori ini juga masih mementingkan conditioning yakni reward dan punishment.Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang beraliran behavioristik.

Selanjutnya aliran kognitif. Tokohnya antara lain Piaget. Ia membagi 4 tahapan perkembangan kognitif anak, yaitu: tahap sensori motor, tahap pra operasional, operasional konkret, dan operasi formal. Pada tahap sensori motor (0-2 tahun) seorang anak sedang membentuk konsep-konsep dasar tentang hakikat dunia material. Meningkat pada tahap pra operasional (2-7 tahun) pemikiran anak masih bersifat kongkret, jadi dalam pembelajaran, sebaiknya anak dikenalkan pada benda-benda yang nyata. Selanjutnya yaitu tahap operasional konkret (7-11tahun), anak mulai bisa memahami benda walaupun tidak menunjukkan benda aslinya atau hanya diperlihatkan dengan gambar bendanya saja. Tahap terakhir yaitu operasi formal (11 tahuan keatas), mereka sudah bisa berfikir secara abstrak.

Selain piaget, tokoh yang beraliran kognitif yaitu: Jerome Bruner. Menurutnya ada dua prinsip penting yakni dalam proses belajar anak dalah partisipan yang aktif, memilih dan mentransformasikan informasi. Kemudian individu secara aktif merekonstruksi pengalaman yang telah dimilikinya dengan menghubungkan pengetahuan baru yang didapat menggunakan struktur kognitif yang dimilikinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun