Tahukah kalian bahwa kurikulum Merdeka dengan ciri khas profil pelajar Pancasila dan P5nya berpedoman pada pendidikan dalam pandangan Ki Hajar Dewantara? Berbeda dengan kurikulum sebelumnya yang banyak berkiblat pada pendidikan luar negeri, kali ini pemerintah berkiblat pada pemikiran tokoh nasional (dalam negeri).Â
Tahukah kalian apa saja buah pemikiran Ki Hajar Dewantara yang perlu kita ketahui dan ikuti?
Masih ingatkah kalian dengan tulisan tulisan "Tut Wuri Handayani" pada logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)? Tahukah kalian siapa pencetus istilah tersebut?
Tut Wuri Handayani merupakan salah satu semboyan dari tiga semboyan yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara. Tiga semboyan tersebut adalah Ing ngarso sung tulodho, Ing madyo mangun Karso, Tut wuri handayani.
Ki Hajar Dewantara sendiri merupakan tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam pendidikan di Indonesia. Karena jasanya, beliau diberikan gelar sebagai Bapak Pendidikan Indonesia. Bahkan pada tanggal kelahirannya, setiap tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Buah Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Semasa hidupnya, Ki Hajar Dewantara selalu mencurahkan pemikirannya untuk pendidikan di Indonesia. Beberapa buah pemikiran tentang pendidikan di Indonesia pun beliau sampaikan dalam pidatonya saat mendapatkan anugerah gelar Honoris Causa oleh Universitas Gajah Mada pada 7 November 1956. Buah pemikiran tersebut antara lain:
1. Pendidikan Berkebudayaan
"Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayan yang hidup dalam masyarakat kebangsaan" terang Ki Hajar Dewantara dalam pidatonya. Hal ini menunjukkan bahwa menurut beliau pendidikan dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan untuk membentuk bangsa yang berbudaya.
2. Asas Trikon sebagai Landasan dalam Menghadapi Akulturasi
Asas Trikon merupakan asas-asas Ke-Tamansiswa-an yang mengandung filsafat dalam persoalan akulturasi yang dihadapi bangsa Indonesia. Trikon sendiri merupakan gabungan dari tiga kon, yaitu:
- Kontinuitas (kesinambungan) dengan alam kebudayaannya sendiri.
- Konvergensi (menuju satu titik pertemuan) dengan kebudayaan- kebudayaan lain yang ada.
- Konsentris (bertitik pusat satu) dengan alam kebudayaan sedunia, tetapi masih memiliki garis lingkaran sendiri-sendiri.
3. Keluarga sebagai Pembentuk Kebudayaan yang Pertama
"Keluarga sebagai lingkungan yang melindungi keselamatan dan kebahagiaan anak-anak dalam hidup kebudayaannya" terang Ki Hajar Dewantara dalam pidatonya. Beliau menyampaikan bahwasannya peran keluarga sangatlah penting bagi pembentukan karakter anak.Â
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak kejahatan-kejahatan kriminal sebagian besar dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari keluarga yang rusak kesusilaannya (broken home).