Beberapa hari yang lalu saat saya mengajar kelas tiga sekolah dasar (SD), saya memberikan nasihat kepada mereka untuk mengurangi penggunaan handphone (HP). Terdengar sebagian anak merespon nasihat saya dengan samar-samar "wong mama aja di rumah main HP terus kok".Â
Suara tersebut tidak hanya terdengar oleh satu orang, tetapi beberapa anak menyuarakan hal yang sama. Tanpa pikir panjang, akhirnya saya menanyakan pertanyaan berikut:
"Siapa yang ketika di rumah orang tuanya main HP ketika bersama kalian?"
Serentak seisi ruangan kelas mengajukan tangan kanan mereka. Lalu kutanyakan ke salah satu anak, sebut saja Andi (bukan nama asli), "Benarkan demikian Andi, orangtuamu main HP saat bersama denganmu?"
"Iya, Ust. Bilangnya si mau buka WA sebentar, tapi nyatanya sampai berjam-jam. Bahkan, kita sering dicuekin. Kalau nanya ga mesti dijawab."
Hal inilah yang akhirnya, menjadi unek-unek sebagian anak dalam hati mereka.Â
"Kita dilarang, tapi mama papa nggunain terus".Â
Alasan ini yang akhirnya akan menjadikan mereka tidak menaati nasihat untuk mengurangi penggunaan HP. Bagi mereka, ketika ada kesempatan mereka akan memainkan HP berjam-jam, sama halnya dengan yang orang tua mereka lalukan.
Kasus di atas hanya contoh kecil dalam pendidikan yang sering kita lihat di lingkungan sekitar kita. Anak-anak cenderung akan melakukan hal-hal yang orang tua (baca: orang dewasa) lakukan dibandingkan dengan apa yang orang tua perintahkan.Â