Sepenggal Kisah tentang Husnul Khotimah
Kematian adalah sesuatu yg pasti. Ia tidak bisa dihindari bagi setiap sanubari.
Kematian seseorang bagaimanapun mempunyai ceritanya masing-masing.
Tapi bagi setiap muslim, tentulah husnul khotimah adalah akhir yang diinginkan. Karena banyak dalil mauapun petuah alim ulama bahwasannya husnul khotimah adalah salah satu tanda bahwa ia diakui sebagai penghamba yang dikasihi Allah SWT.
Ini cerita nyata di kampung saya. Kejadian ini terjadi sekitar satu tahun yang lalu, di akhir bulan Februari 2021.
Pagi itu langit terlihat sedikit mendung, pun demikian hujan tak kunjung datang. Suara ayam berkokok saling saut-menyaut membersamai adzan yang berkumandang. Beberapa jamaah sholat shubuh mulai berdatangan di "langgar" kecil di pojok Kampung Karangsaga. Dusun kecil di ujung barat Kabupaten Banjarnegara.
Segera setelah Imam datang iqomah pun diperdengarkan dengan pengeras suara yang disebut toa. Suara merdu bacaan Imam khusyuk di dalam ruangan. Sepi meski penuh arti. Tiba-tiba saat semua jamaah khusyuk dalam sholatnya, suara "gedebug" terdengar dari luar "langgar". Sepertinya suara seseorang terjatuh. Akan tetapi tidak ada suara yang selanjutnya mengikuti. Beberapa makmum pun mulai khawatir.
Putri Imam "langgar" yang saat itu menyaksikan, segera berteriak  memanggil Bapaknya (re: Imam langgar) untuk segera keluar. Dikarenakan wanita yang jatuh di luar tadi tidak sadarkan diri. Seketika itu pun jamaah dihentikan, semua berduyun-duyun menuju luar ruangan, karena kondisi sudah tak karuan. Segera beberapa orang membawa si wanita menuju rumahnya.
Dalam perjalanan si wanita tersadar, dan terdengar nafasnya tersengal. Namun, takdir tak dapat dihindarkan hanya selang tak berapa lama, akhirnya si wanita meninggal. Jumat pagi hari, akhirnya ia kembali kepada Illahi.
Karena kematian tak bisa dipilih dan dihindari waktu kedatangannya, pun begitu dengan si wanita. Tidak seperti biasanya ia belum terlihat di "langgar" ketika adzan berkumandang. Biasanya ia adalah jamaah pertama wanita atau kedua yang hadir di "langgar".Â
Saat itu jamaah lain tak menyadari, bahwasannya ini lantaran bagi si wanita untuk kembali kepada Allah Yang Maha Kuasa. Diceritakan bahwa karena sudah sedikit telat, akhirnya ia berjalan tergesa-gesa menuju "langgar" tempat biasa ia melaksanakan ibadah. Dan akhirnya ia terjerembab dan jatuh.
Setelah kepergiannya yang begitu membuat iri jamaah lain, baru lah cerita tentang keistiqomahaanya menyebar. Si wanita, adalah jamaah wanita di "langgar" yang hampir setiap waktu datang pertama. Dan tidak cukup itu saja, ia selalu dengan ikhlas tanpa diminta menyiapkan tempat ibadah bagi jamaah lainnya. Ia dengan istiqomah menggelarkan sajadah teman-temannya. Kelihatannya sederhana bukan? Tapi coba kalian lakukan hal yang sama apakah bisa? Belum tentu.
Karena meski cuma berangkat awal dan menggelarkan sajadah teman-temannya, itu butuh niat yang kuat dan keikhlasan yang tinggi, hingga akhirnya bisa Istiqomah. Selain itu, bukankah kebanyakan manusia sukanya dilayani bukan melayani. Jika ia sudah mau melayani orang tanpa imbalan, sungguh kemungkinan hanya keikhlasan yang ada dalam dirinya.