Mohon tunggu...
Nurul Hikmah
Nurul Hikmah Mohon Tunggu... Guru - Guru

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kampoeng Batara punya Kenangan (Part 1)

30 April 2018   23:02 Diperbarui: 30 April 2018   23:04 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali mendengar akan diadakan suatu kegiatan disebuah kampung yang bernama "Kampoeng Batara" yang terletak didesa Papring yang berada di Kota Banyuwangi itu sangat membuat saya tertarik sekali, apalagi setelah mendengarkan sedikit cerita "Kampoeng Batara" itu bagaimana dan seperti apa. Meskipun dalam hati kecil saya takut dan sedikit sedih karena akan jauh dari signal yang nantinya mampu menghubungkan kita dengan orang-orang yang berada jauh dari kita, karena sudah diomongi pertama kali jangan pernah berharap ada signal.

Kita mulai berangkat menuju stasiun Malang siang hari untuk menunggu jadwal keberangkatan kereta kita Malang-Banyuwangi yang tepat akan melaju pada sore hari dan mulailah perjalanan menaiki kereta sore hari sampai di stasiun Banyuwangi pada malam hari, disitu saya merasa sangat tidak sabar untuk segera sampai ke "Kampoeng Batara" tersebut. Setelahnya sampai di stasiun Banyuwangi dengan melewati banyak stasiun hati rasanya sedikit lega dan ketika kita keluar dari pintu stasiun kita disambut oleh beberapa warga dengan 3 kendaraan(2 elf long untuk kita dan 1 pickup untuk barang-barang kita) yang akan mengangkut kita bersama barang-barang kita, disitu saya mulai merasa terharu yang  mana warga-warga sudah menunggu kit datang dengan waktu yang cukup lama.

Dalam perjalanan menuju "Kampoeng Batara" banyak dari kami yang memilih untuk tidur karena lelah, hingga sampailah kita pada sebuah jalan yang mana jalan tersebut masih menakutkan dilewati kendaraan besar bukan karena ukuran jalannya saja tapi keadaan jalannya yang masih bebatuan (bisa dibayangkan sendiri) dengan menggenggam tangan dan berdo'a berharap kebaikan akan datang dan rasa kantukpun hilang.

Sesampainya di desa Papring rasa haru bercampur bahagia tidak dapat kami ungkapkan bukan hanya kita saja yang menanti kegiatan tersebut ternyata warga "Kampoeng Batara" juga menanti kehadiran kita dengan menyiapkan segalanya, perjalanan menuju "Kampoeng Batara" sangatlah gelap dan tidak bercahaya akan tetapi dengan kekreativan anak-anak dan warga "Kampoeng Batara" cahaya jalan tersebut sedikit teratasi. Sesampainya kami di "Kampoeng Batara", kami sangat diterima dan dipersilahkan dengan sangat baik bahkan ibu-ibu "Kampoeng Batara" pun sudah menyiapkan masakan untuk kita, makanan khas desa Papring yang sangat ni'mat dan lezat (membayangkannya saja sudah membuat perut lapar) dengan kebaikan warga setempat kita pun diberikan tempat tinggal dirumah-rumah warga. Warga pun rela kehilangan waktu tidur malamnya untuk menunggu kita hingga waktu menunjukkan jam 03.00 pagi. Dan kitapun bersiap-siap untuk tidur dengan waktu yang sangat minim untuk menyapa kegiatan esok pagi (next...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun