Mohon tunggu...
Nur Haryono haryono
Nur Haryono haryono Mohon Tunggu... -

freedom

Selanjutnya

Tutup

Politik

Saatnya Kembali...

30 April 2013   21:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:20 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

TAHUN ini adalah tahun pemanasan di Indonesia. Partai-partai  sedang bersaing untuk merebut simpati rakyat. Begitu juga rakyat, sebenarnya lagi panas dengan kelakuan para elit yang seakan mempermainkan perasaan mereka. Rakyat panas untuk mencari pemimpin baru dan mengganti yang lama.

Pangkal masalah yang dihadapi Indonesia adalah kepemimpinan yang tidak berkarakter. Bangsa ini membutuhkan pemimpin berkarakter, baik di tingkat eksekutif, legislatif, dan yudikatif, tidak semata berkuasa namun yang terpenting ada kemauan politik untuk mengelola sumber daya ekonomi negara untuk kemakmuran rakyat.

Dikatakan, pemimpin berkarakter adalah pemimpin yang berani mengambil keputusan demi pembelaan terhadap nasib rakyat meskipun akan dianggap kontroversial bagi sebagian kalangan. Para tokoh agama memandang bahwa pemimpin yang memiliki semangat seperti itu yang harus diberi amanah sekaligus dukungan oleh rakyat. Dibutuhkan sistem dan budaya politik yang sehat dan partisipatif. Maka, orientasi partai politik seharusnya mengacu pada kepentingan kesejahteraan rakyat.

Selain itu, dominasi kekuatan partai politik tertentu, baik di tingkat parlemen (legislatif) maupun di ranah kebijakan pemerintah (eksekutif), sangat tidak menguntungkan bagi upaya demokratisasi politik yang peka keadilan. Hal itu justru dapat mendistorsi esensi demokrasi itu sendiri.

Dikatakan pula, partai politik harus melakukan perubahan dalam cara berpikir, bertindak, dan berelasi untuk terbuka bahkan proaktif mendorong tampilnya kader-kader terbaik bangsa yang memiliki kemampuan untuk menyejahterakan rakyat. Sistem perekonomian harus menjamin kesejahteraan masyarakat yang ukurannya bukan semata-mata angka pertumbuhan, melainkan pemenuhan hak-hak warga negara, seperti pendidikan gratis, jaminan kesehatan, serta rumah hunian yang layak dan terjangkau oleh masyarakat.

Kebijakan pembangunan perlu lebih berpihak pada sebagian besar warga masyarakat.

Indonesia negara yang begitu kaya dengan sumber daya alam dan sumber daya manusianya sekarang menjadi negara pengemis, karena ulah pemimpinnya yang tidak memiliki karakter, demikian kutip seorang sastrawan.

Sayangnya, kita sering kali melupakan atau dilupakan akan sosok-sosok kepribadian para pemimpin kita terdahulu. Sejarah mereka hanya sebatas diajarkan di sekolah, dan kemudian lupa di masyarakat. Atau juga karena adanya suatu “permainan” yang dengan sengaja menjauhkan kita dari mereka.

Maka, jalan pintas yang mungkin dapat kita tempuh untuk melahirkan kembali pemimpin yang berkarakter dan idealis ini adalah dengan membuka kembali lembaran sejarah negarawan kita. Kita tengah membutuhkan sosok-sosok pribadi negawaran masa dulu yang bisa kita teladani. Ini sangat penting kita lakukan, terlebih tahun ini adalah tahun persiapan Pemilu 2014.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun