Assalamu'alaikum Wr. Â Wb
Saya akan menjelaskan mengenai filsafat pendidikan pragmatisme beserta pemikiran tokoh-tokohnya, Â mari disimak semoga bermanfaat :
A. Pengertian
Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar adalah segala sesuatu yang terbukti dengan melihat akibat-akibat atau manfaat hasilnya secara praktis. Â Dengan demikian, bukan kebenaran objektif dari pengetahuan yang penting, Â melainkan kegunaan praktis pengetahuan kepada individu-individu.Â
Dasar dari pragmatisme adalah logika pengamatan, Â di mana apa yang ditampilkan pada manusia dalam dunia nyata adalah fakta individual, konkret dan terpisah satu sama lain. Â Dunia ditampilkan apa adanya dan perbedaan diterima begitu saja. Â Karena representasi realitas yang muncul di pikiran manusia terlalu bersifat pribadi dan bukan merupakan fakta-fakta umum. Ide menjadi benar ketika memiliki fungsi pelayanan dan kegunaan. Dengan demikian, filsafat pragmatisme tidak mau direpotkan dengan pertanyaan-pertanyaan seputar kebenaran, Â terlebih yang bersifat metafisik, Â sebagaimana yang dilakukan oleh kebanyakan filsafat Barat di dalam sejarah.Â
Persoalan yang muncul bermanfaat untuk siapa dan berguna untuk siapa? Dalam konteks ini, Â ada pribadi masing-masing. Orang yang selalu mencari manfaat atau memanfaatkan orang lain adalah orang pragmatis. Konteks pendidikan, Â Pertama : semua pelajaran dan kurikulum diarahkan pada kegunaan masing-masing individu. Â Kedua : semua yang dilakukan harus berguna bagi lembaga pendidikan.
Orang pragmatis tidak melakukan apapun yang tidak berguna bagi diri dan lembaganya., karena baginya sesuatu yang tidak berguna sebenarnya tidak benar. Kebenaran pragmatis itu adalah kebenaran manfaat. Â Untuk mengetahui seberapa manfaat maka harus diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Â Bagi kalangan pragmatis, semakin banyak manfaatnya atau kegunaannya maka semakin benar.Â
B. Pemikiran Tokoh Filsafat Pendidikan PragmatismeÂ
1. Charles S. Peirce
Dalam memahami kemajemukan kebenaran (pernyataan), Peirce membagi kebenaran menjadi dua. Â Pertama adalah Trancendental Truth, yaitu kebenaran yang bermukim pada benda itu sendiri. Â Kedua yaitu Conolex Truth, Â yaitu kebenaran dalam pernyataan.Â
2. William James