Didalam menghadapi dinamika dunia yang semakin maju dan mengalami pergeseran nilai-nilai budaya kepada materialistis dan liberal ini, pendidikan khususnya pendidikan islam atau pendidikan yang bernafaskan islam menjadi sebuah harapan seperti oase di padang gurun.Â
Dimana sebuah generasi diciptakan secara terstruktur melalui dunia pendidikan islam yang mampu mengupas tuntas segala persoalan kehidupan mulai dari yang sederhana hingga yang kompleks dan bersifat ilahiyah.Â
Sudah menjadi fitrah manusia sejak masih dalam kandungan hingga terlahir di dunia untuk terus mencari tahu tentang segala sesuatu di dunia ini dan di alam langit atau sesuatu yang bersifat metafisika. Mengutip dari buku karya Profesor Yunahar Ilyas yang berjudul Typologi Manusia Menurut al Qur'an (2007, Labda Press) para cendekiawan muslim telah memberikan padangannya masing-masing yang bersumber dari al Qur'an dan as Sunnah.Â
Misalnya seperti Ibnu Katsir, yang membahas surah al-A'raf ayat ke-172 yang artinya sebagai berikut. "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi".Â
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)." Dari kutipan ayat diatas menegaskan bahwa manusia itu dalam pencarian akan sesuatu yang menjadi keingintahuannya tersebut telah bersaksi bahwa mereka mengimani Allah sebagai Rabbnya dan tidak ada Tuhan lain yang patut disembah kecuali Dia.
 Fitrah inilah yang kelak saat dewasa dimana manusia mengalami yang namanya tekanan batin, kelelahan batin, kepahitan hidup secara naluri mencari sesuatu yang bisa disandarkan sebagai tempat terakhir didalam menyerahkan semua kepahitan-kepahitan dan rasa putus asa kecewa yang manusia temui di dunia ini.Â
Filsafat sendiri bisa diartika sebagai jalan mencari kebijaksanaan, jalan cinta didalam memahami kondisi-kondisi realitas yang terjadi, sehingga manusia mampu bersikap bijak dan tidak putus asa.Â
Pada proses pencarian jawaban atas persoalan-persoalan inilah manusia seringkali mengalami berbagai hambatan seperti keraguan, rasa putus asa, hingga bahkan rasa anti Tuhan atau anti terhadap adanya Tuhan itu sendiri, hal tersebut adalah salah satu akibat dari kondisi dunia yang semakin liberal dan materialistis,Â
ditambah lagi dengan kurangnya pendidikan akan agama atau bisa dikatakan agama hanya menjadi objek kajian keilmuan namun tidak menjadi ruh, spirit atau way of life.
 Pembahasan mengenai agama, filsafat dan ilmu pengetahuan memang sesuatu yang menarik untuk dijadikan topik diskusi sebab agama dan filsafat sendiri bersifat metafisik dan ilmu pengetahuan bersifat empiris, rasional, objektif dan akumulatif.Â
Maka kemudian pada perjalanan perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat islam, kita bisa melihat beberapa orang islam yang memiliki pengaruh besar terhadap filsafat islam dan ilmu pengetahuan.