Baru-baru ini viral sebuah cuplikan video yang diupload oleh Guntur Romli. Di dalam video tersebut memperlihatkan Cak Nun, sapaan akrab cendekiawan muslim sekaligus budayawan Emha Ainun Nadjib menyebut Jokowi sebagai Firaun, Luhut sebagai Haman dan Anthoni Salim sebagai Qarun.
Pertanyaannya, apakah pantas ucapan seperti itu keluar dari mulut seorang yang sangat disegani dan dituakan di negeri ini oleh masyarakat yaitu Cak Nun?
Selanjutknya apakah pantas jika Jokowi yang merupakan presiden Indonesia ketujuh yang juga mantan walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta ini disamaan dengan Firaun?
Firaun sebagaimana telah kita ketahui dalam sejarah Islam dan agama-agama Samawi merupakan raja diktator yang hidup di Mesir sekitar 3000 tahun yang lalu, sampai-sampai ia mengaku sebagai Tuhan sebelum akhirnya dikalahkan oleh Nabi Musa as. atas ijin Allah Swt.
Haman adalah tangan kanan Raja Firaun, dia selalu berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan kehendak dan keinginan Firaun. Sedangkan Qarun kita kenal dalam sejarah Islam sebagai orang kaya yang tamak akan hartanya yang pada akhirnya terkubur bersama dengan hartanya sendiri akibat ketamakannya tersebut.
Ada hal menarik di dalam Alquran, dimana Allah Swt. firmanan di dalam surah Taha ayat 44 yang artinya :
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". ( Q.S Taha ayat 43 -44)Â
Menafsirkan ayat tersebut, az-Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menyatakan kata "lemah lembut" dengan sebutan hikmah. Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Firaun adalah orang yang sangat membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu, Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Firaun memakai bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.Â
Ibnu Katsir mengutip Yazid Ar-Raqqasyi saat menafsirkan ayat ini juga mengemukakan perkataan seorang penyair yang artinya: "Wahai orang yang bertutur lemah lembut kepada orang yang memusuhinya, maka bagaimanakah ia bertutur kata dengan orang yang menyukai dan mendambakannya (yakni tak terbayangkan kelembutan tutur katanya)?Â
Amr ibnu Ubaid telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri, Musa diperintahkan untuk menyampaikan kepada Firaun kalimat berikut: "Sesungguhnya engkau mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka." Ibnu Katsir menyimpulkan, Nabi Musa dan Nabi Harun diperintahkan oleh Allah SWT agar dalam dakwahnya kepada Firaun memakai kata-kata yang lemah lembut, sopan santun, dan belas kasihan. Hal ini dimaksudkan agar kesannya lebih mendalam dan lebih menggugah perasaan serta dapat membawa hasil yang positif.Â
Allah SWT dalam ayat lain yang mengatakan:Â