Mohon tunggu...
Nur AssyahidaSurya
Nur AssyahidaSurya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya seorang mahasiswi jurusan Ilmu Hubungan Internasional di Universitas Teknologi Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Teori Marxisme, Neo-Marxisme dan Konstruktivis: Pengaruh Besar dalam Struktur Hubungan Internasional

27 Oktober 2024   13:33 Diperbarui: 27 Oktober 2024   13:38 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pakar ekonomi dan filsuf ekonomi politik jerman abad ke-20 Karl Marx mewakili kritik mendasar liberalism ekonomi. Jika para ekonom liberal memandang ekonomi sebagai "positive-sum game" dengan keuntungan bagi semua,Marx menolak pandangan tersebut sebab dia beranggapan bahwa perekonomian adalah pusat eksploitasi manusia dan perbedaan kelas. Seiring waktu, pemikiran Marxis yang sekarang telah berkembang lebih jauh disebut sebagai "Neo-Marxisme".

1. Teori Marxisme Klasik

Pencetus pemikiran Marxisme mengambil pendapat zero-sum dari merkantilisme dan memakainya dalam hubungan antarkelas karena kaum Marxisme dan merkantilis beranggapan bahwa ekonomi dan politik saling berkaitan,bedanya Merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik sedangkan Marxisme menempatkan ekonomi diposisi pertama dan politik diposisi kedua. Bagi kaum Marxis, perekonomian kapitalis didasarkan pada dua kelas sosial antagonistik yaitu kaum borjuis (pemilik modal) mempunyai alat-alat produksi dan kaum proletar (kaum pekerja/buruh) yang hanya memiliki kekuatan kerja saja, akan tetapi para buruh jauh lebih banyak bekerja dibanding kaum borjuis dan hal itu menambah keuntungan kaum borjuis. Hal itu dianggap keuntungan kapitalis yang berasal dari eksploitasi tenaga kerja. Pandangan Marxisme adalah materialis : didasarkan pada klaim bahwa aktivitas inti dalam masyarakat menyangkut cara individu menghasilkan alat-alat keberadaannya, produksi ekonomi merupakan dasar bagi semua aktivitas manusia. Di satu sisi, basis ekonomi berbasis pada kekuatan produksi (level teknis aktivitas ekonomi) seperti permesinan industri vs kerajinan tangan pengrajin ahli dan di sisi lain basis ekonomi terbentuk dari hubungan produksi kepemilikan sosial yang mengontrol kekuatan produktif (kepemilikan swasta vs kolektif) yang dalam konteks ini kaum borjuis yang mendominasi perekonomian akan turut mendominasi wilayah politik karena kaum Marxisme beranggapan bahwa Ekonomi adalah basis Politik.

2. Teori Neo-Marxisme

Teori ini merupakan bentuk perkembangan dari Marxisme Klasik atas pemikiran dari para analis neo-marxis terkemuka yaitu Robert Cox dan Immanuel Wallerstein. Cox mulai dengan konsep struktur sejarah yang terdiri dari tiga kategori kekuatan yang berinteraksi : kapabilitas materi, ide dan institusi. Dilangkah berikutnya, struktur Sejarah diidentifikasi pada tiga level yang berbeda 'kekuatan sosial', 'bentuk negara', dan 'tatanan dunia' teori Neo-Marxisme mengatakan bahwa ketiga dinamika dalam struktur sosial ini memiliki peran besar dalam membentuk ketimpangan antarkelas. 'Kekuatan sosial' adalah singkatan proses produksi kapitalis yang merupakan analisis yang memberi tahu perkembangan ekonomi kapitalis sekarang pada skala global. 'Bentuk negara' menunjukkan cara dimana negara berubah saling mempengaruhi dengan kekuatan sosial perkembangan kapitalis sedangkan 'tatanan dunia' mengacu pada organisasi hubungan internasional yang ada termasuk hubungan antara negara-negara besar, kelompok-kelompok negara, status hukum internasional dan institusi internasional. Singkatnya, Cox membuat teori saling memengaruhi yang kompleks antara politik dan ekonomi yang ditetapkan sebagai interaksi antara kekuatan sosial, bentuk negara dan tatanan dunia. Sedangkan menurut pendapat Wallerstain titik awalnya adalah konsep analisis sistem dunia dimana sistem dunia secara fisik tak perlu memasukkan dunia secara keseluruhan karena sistem dunia adalah bidang-bidang yang disatukan dengan struktur ekonomi dan politik tertentu. Dalam Sejarah manusia sudah ada dua dasar varietas sistem dunia 'imperium dunia' seperti Kerajaan Roma memiliki kontrol politik dan ekonomi yang terkonsentrasi pada satu pusat terpadu, sedangkan 'ekonomi dunia' terikat Bersama secara ekonomi dalam pembagian tenaga kerja tunggal tetapi secara politik, otoritas terdesentralisasi, bermukim di berbagai pemerintahan dalam sistem negara. Mekanisme dasar ekonomi dunia kapitalis adalah pertukaran yang tak seimbang dimana surplus ekonomi ditransfer dari pinggiran ke inti, surplus diambil dari upah dan keuntungan rendah produsen pinggiran berubah menjadi upah dan keuntungan tinggi produsen di negara inti. Negara dengan kekuatan ekonomi kuat dapat memaksakan pertukaran tak seimbang ke negara lemah, dengan demikian kapitalisme 'tidak hanya melibatkan pengerukan nilai surplus oleh pemilik dari buruh, tetapi juga pengerukan surplus dari ekonomi dunia secara keseluruhan oleh wilayah inti. Dan ini berlaku dalam panggung kapitalisme pertanian seperti juga dalam panggung kapitalisme industri' (Wallerstein, 1979: 18). Wallerstein menganalisis perkembangan sejarah kapitalisme dari abad ke-16 dan sesudahnya, menempatkan ekonomi sebagai yang pertama dan politik di urutan kedua.

Teori Konstruktivis

Konstruktivisme diperkenalkan ke HI oleh Nicholas Onuf (1989), teori Konstruktivis merupakan pendekatan empiris untuk meneliti hubungan internasional yang fokus pada ide intersubjektif yang mendefinisikan hubungan internasional. Teori ini menunjukkan kepentingan dan pendekatan riset khusus dimana jika dunia sosial dan politik pada dasarnya terdiri dari keyakinan bersama akan memengaruhi cara memperhitungkan kejadian hubungan yang penting karena konstruktivis sebagai sebuah aturan tidak dapat menganut konsepsi kasualitas positivis mekanis, hal itu karena positivis tidak menjajaki isi kejadian dan episode intersubjektif. Menurut Onuf, dunia politik adalah hasil dari konstruksi sosial yang berarti segala konsep atau entitas dalam politik internasional (negara, kekuasaan, kepentingan nasional) merupakan hasil dari pemahaman dan interaksi manusia termasuk norma, budaya, dan bahasa merupakan agen penting yang saling mempengaruhi dalam membentuk konstruksi sosial yang akan mempengaruhi banyak bidang termasuk dalam bagaimana sebuah negara akan berdiri, ideologi dan hal penting lainnya. Singkatnya, konstruktivisme dianggap sebagai pendekatan yang lebih fleksibel dalam memahami perubahan dan dinamika dalam hubungan internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun