Secara garis besar, banyak indikator yang membedakan antara teori Realisme dan Liberalisme termasuk latar belakang, mindset tersendiri serta perkembangannya dalam studi Hubungan Internasional. Dengan adanya mindset tersendiri, maka pandangan setiap teori untuk menganalisis pola perilaku suatu negara tentu juga berbeda bahkan bisa melahirkan pandangan baru, dalam konteks ini Realisme melahirkan pandangan Neorealisme dan Liberalisme melahirkan pandangan Neoliberalisme.
Dalam perkembangannya di bidang studi Hubungan Internasional, peninjauan teori-teori baru yang dilahirkan oleh teori klasik merupakan suatu bentuk respon dari teori sebelumnya. Contoh yang bisa diambil adalah teori Neo-realisme yang dikemukakan oleh Kenneth Waltz sebagai suatu bentuk respon terhadap teori Realisme klasik oleh Carr dan Morgenthau.
Latar belakang juga memiliki pengaruh dalam cara pandang suatu teori terhadap sistem internasional, misalnya Waltz yang mengemukakan teori Neo-Realisme hidup pada masa perang dingin sehingga membentuk pemikiran kalau kekuasaan internasional itu berdasarkan sistem anarki internasional. Beda halnya dengan Morgenthau yang hidup dimasa Perang Dunia 2 yang membentuk pemikiran bahwa dunia membangun struktur politik dan hubungan antarnegara dengan dasar moralitas kemanusiaan.
Dari analisis diatas, bisa diketahui beberapa perbedaan antara Realisme, Liberalisme, Neorealisme, Neoliberalisme:
1. Teori Realisme Klasik
Teori ini beranggapan bahwa sebuah perang dan konflik bisa terjadi karena sifat alamiah manusia, yaitu rasa takut akan kekuatan negara lain. Realisme sulit untuk mempercayai negara lain sehingga memunculkan pola self-defense dengan cara meningkatkan kekuatan militernya dan dengan peningkatan militernya, realisme seringkali dikenal dengan pola Balance of Power dengan membangun aliansi bersama negara lain dengan tujuan kekuasaan.
2. Teori Neo-Realisme
Teori ini merupakan bentuk respon untuk teori realisme klasik yang berpendapat bahwa perang bisa terjadi karena sifat alamiah manusia. Sedangkan menurut Neo-realisme perang dan konflik bisa terjadi karena struktur anarki internasional, jika realisme berfokus pada kekuasaan sebagai tujuan utama, maka neo-realisme berfokus pada interaksi dan keamanan nasional.
3. Teori Liberalisme Klasik
Teori ini memiliki pandangan bahwa pada dasarnya manusia dan negara bisa bekerja sama serta mencegah konflik melalui perdagangan bebas, kerjasama internasional, berdemokrasi dan organisasi internasional. Kaum Liberalis percaya kalau kedamaian dunia bisa dicapai melalui kerjasama dan institusi internasional serta perlunya keterlibatan aktor non-negara untuk  mencapai stabilitas internasional. Jadi secara garis besar, Liberalisme berfokus pada kerjasama internasional dan perdagangan bebas sebagai alat mencapai stabilitas dan kedamaian internasional.
4. Teori Neo-Liberalisme