Mohon tunggu...
Nur Alam Ali
Nur Alam Ali Mohon Tunggu... Editor - Literasi atau Mati Informasi

Hiduplah seperti orang hidup

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Sajak Cinta Anak Surau - Part 6

1 April 2020   17:54 Diperbarui: 29 November 2020   07:19 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : https://penasantrisalaf.blogspot.com/

Cemburu Buta

Seminggu lagi tanaman Bawang Merah milik bapaknya Darto akan panen yang ada di Kampungnya Hery. Darto ingin mengajak Hery sekaligus main ke rumahnya Hery yang lama. Akhirnya Darto pun menghampiri Hery yang sedang sendirian sambil menatap kedamaian malam.

Darto : Her. seminggu lagi aku akan pergi ke Kampung kamu mau ikut tidak?

Hery : Serius kamu jangan bercanda!?

Darto : ngapain aku bercanda tidak ada untungnya lagi buat saya.

Hery : Oke saya ikut.

Sehari sebelum Hery pulang kampung dia menulis sebuah surat yang ingin dia sampaikan kepada Santi. Surat itu berisikan semua kerinduan yang akan dia sampaikan kepada Santi. Dia tuangkan segala isi hatinya kepada Santi lewat sajak cinta yang dia goreskan untuk Santi lewat penanya.Tapi sayang surat itu tidak pernah sampai ke tangan Santi.

Saat Hery sudah sampai Ke Kampung halamannya tiba-tiba datang teman lama Hery waktu masih SMA dulu. Mereka saling berbagi pengalaman menceritakan saat indah saat masih berseragam putih abu-abu.

Ratna : sekarang kamu tambah ganteng saja

Hery : dari dulu aku sudah ganteng kali (sambil tertawa)

Ratna : sekarang kamu sudah menikah atau masih sendiri

Hery : kalau menikah belum, tapi kalau pujaan hati sudah ada (Sambil membayangkan wajah Santi )

Ratna : Siapa?

Hery : Ya ada pokoknya lah.

Ternyata dari kejauhan Santi sudah melihat Hery sedang bersama wanita lain. Betapa remuknya hati Santi saat melihat orang yang selama ini dia rindukan ternyata sedang berduaan dengan wanita lain. Tanpa mencari tahu dulu Santi langsung pulang dengan hati yang tersayat-sayat.

Malam harinya Hery berangkat mengaji seperti biasa sebelum berangkat mengaji Hery menunggu Santi di persimpangan jalan bersama temen-teman. Tapi saat Santi datang bukannya Hery disambut dengan senyuman justru tanpa alasan yang jelas Santi memarahi Hery di hadapan teman-temannya.

Hery : San, kamu berangkatnya sama aku saja ya? (sambil tersenyum)

Santi : ngapain kamu nawarin aku tumpangan! (dengan penuh amarah)

Hery : maksud kamu apa San?

Santi : mulai hari ini aku minta sama kamu jangan dekati aku lagi.

Hery : Salah aku apa sama kamu? (dengan penuh kekecewaan)

Hery kebingungan dengan tingkah Santi yang tiba-tiba begitu membencinya. Tidak ada yang bisa Hery lakukan selain menerima kenyataan ini. Hery hanya bisa menatapi sepucuk surat yang iya goreskan dengan setulus hati hanya untuk santi seorang.

Bersambung..........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun