Mohon tunggu...
Nur RafiAbdurohman
Nur RafiAbdurohman Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

hobi saya adalah membaca, menulis, dan bercocok tanam. saya memiliki kepribadian yang introvert menurut data.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Digitalism, Artificial Intellegent: Dampaknya pada Pendidikan dan Mentalitas Akademik

15 Juni 2024   10:30 Diperbarui: 15 Juni 2024   10:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: WriterBuddy

dampak negatif artificial intellegent (ai) pada tingkat berpikir kritis

Satu studi yang dilakukan oleh Sayed et al. (2023) menemukan bahwa penggunaan teknologi AI dalam pendidikan dapat menyebabkan peningkatan kebosanan di antara siswa, karena mereka mungkin terlalu bergantung pada teknologi untuk memberikan jawaban dan solusi bagi mereka. Ini dapat mengakibatkan penurunan keterampilan berpikir kritis dan kurangnya upaya yang dimasukkan ke dalam pekerjaan akademis mereka. Selain itu, Sanja et al. (2020) mencatat bahwa aksesibilitas teknologi AI juga dapat menyebabkan peningkatan penipuan di antara siswa, karena mereka dapat menggunakan alat yang didukung oleh AI untuk melakukan plagiarisme atau menipu pada ujian. Kekhawatiran ini menimbulkan pertanyaan tentang dampak AI pada mentalitas akademis dan etika dalam pengaturan pendidikan. Sangat penting bagi para pendidik untuk memantau penggunaan teknologi AI di ruang kelas dan mendorong siswa untuk mengandalkan pengetahuan dan keterampilan mereka sendiri. Dengan mempromosikan budaya integritas akademik dan menekankan pentingnya pemikiran kritis, pendidik dapat membantu siswa menavigasi jebakan potensial yang terkait dengan teknologi AI dalam pendidikan. Pada akhirnya, penggunaan AI yang bertanggung jawab dalam pengaturan pendidikan tergantung pada mempromosikan keseimbangan antara menggunakan teknologi sebagai alat untuk belajar dan memastikan bahwa siswa mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk berpikir secara kritis dan independen. Sebagai contoh, pendidik dapat menetapkan esai atau proyek yang mengharuskan siswa untuk menganalisis informasi dari berbagai sumber dan membentuk kesimpulan mereka sendiri, daripada hanya mengulangi informasi yang ditemukan secara online. Dengan mengajarkan siswa bagaimana mengevaluasi informasi secara kritis dan berpikir sendiri, pendidik dapat membantu mereka mengembangkan dasar pengetahuan yang kuat yang akan melayani mereka dengan baik di dunia yang semakin didorong oleh AI.

dampak negatif pada nilai esensial pendidkan

Semakin jauh kita menggunakan alat bantu AI, maka semakin lama Pendidikan akan kehilangan citra esensial dan tujuan pentingnya, yaitu membentuk pribadi yang berpikir kritis. (Wayne, 2016) (Stahl, n.d.) (Jijuan, 2022) (Kristjnsson, n.d.) (Manaswini et al., 2023). AI dalam pendidikan memiliki potensi untuk menyederhanakan proses dan memberikan pengalaman belajar yang dipersonalisasi bagi siswa. Namun, ada risiko bahwa bergantung terlalu banyak pada alat AI dapat mengurangi nilai pemikiran kritis dan analisis independen dalam pendidikan. Sebagai AI menjadi lebih umum di ruang kelas, pendidik harus waspada dalam memastikan bahwa siswa masih ditantang untuk berpikir kritis dan membentuk pendapat mereka sendiri. Tanpa penekanan ini pada pemikiran kritis, pendidikan berisiko menjadi latihan sederhana dalam konsumsi data dan bukan alat untuk pertumbuhan dan pengembangan pribadi. (Boud, n.d.) (Hibbert, 2013).

 dampak negatif pada kepribadian

Satu dampak negatif potensial bergantung terlalu banyak pada alat AI dalam pendidikan adalah potensi kerusakan pada kepribadian siswa. Ketika siswa terus-menerus diberi informasi dan jawaban oleh algoritma AI, mereka mungkin menjadi siswa pasif yang tidak memiliki kemampuan untuk berpikir sendiri. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan untuk membentuk pendapat independen. Selain itu, siswa dapat menjadi terlalu bergantung pada teknologi untuk semua aspek pembelajaran mereka, yang dapat menghambat perkembangan sosial dan emosional mereka. (Healy, n.d.)(Patricia & Mark, 2009)(Khe & Thomas, 2007)(Ryan et al., 2010)(David & Roger, n.d.)(Hargreaves, 2000) Sangat penting bagi para pendidik untuk menemukan keseimbangan antara menggunakan alat AI untuk efisiensi dan memastikan bahwa siswa masih aktif terlibat dalam proses belajar untuk memupuk kepribadian yang bulat dan tahan lama. Selain itu, siswa akan menjadi kepribadian yang bergantung pada pihak luar tanpa melihat kemampuan mereka sendiri (Tegmark, n.d.) (Jie et al., 2020), dan akan mengurangi kepercayaan diri mereka. (Setiya et al., 2022) (Mohamad et al., 2021) (Karen et al., 2018) (Prodhan & Ibrahim, 2022) (GwoJen & MeeiLing, 2022) (Fu-Chih et al., 2018)

data statistika penggunaan artificial intellegent di indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang kunjungan ke aplikasi artificial intelligence (AI) terbanyak global pada 2023. Hal ini tercatat dalam laporan WriterBuddy, layanan konten berbasis AI. Selama periode September 2022-Agustus 2023, pengguna internet Indonesia menghasilkan 1,4 miliar kunjungan ke aplikasi AI atau menyumbang 5,60% dari total traffic. Jumlah kunjungan itu menempatkan Indonesia di posisi ketiga global.  

Sumber: WriterBuddy
Sumber: WriterBuddy

data penggunaan di jakarta

Hasil analisis Kompas.id, menunjukkan bahwa 14 dari 38 provinsi memiliki angka rata-rata paparan AI pada 22 persen tenaga kerja di Indonesia. Tingkat paparan AI di DKI Jakarta sendiri mencapai 31,7 persen.

kesimpulan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun