Halo para pembaca yang budiman.....
Kira -kira ketika anda membaca tulisan dengan kata; Ibu, Mama, Mami, Bunda, Amma, Ambu, apa yang tersirat dalam hati dan fikiran para pembaca? jika bisa menebak, pasti yang langsung terfikirkan adalah sosok utama dan istimewa dalam kehidupan kita.Â
Sosok yang selalu mendoakan dan mengasihi kita semua. Ya... tanpa seorang Ibu, kita tidak akan mungkin terlahir sebagai khalifah dibumi ini. Â beliau bertaruh nyawa ketika melahirkan kita, apapun jenis persalinan yang beliau jalani. Tidak jarang, seorang Ibu harus meregang nyawa ketika memperjuangkan malaikat kecilnya agar lahir dengan selamat.Â
Setiap Ibu memiliki cerita berbeda dalam alur kehidupannya. Terutama ketika mereka sudah memasuki usia senja atau ketika para anak-anak mereka telah beranjak dewasa dan memiliki keluarga masing-masing.Â
Seperti Ibuku, beliau yang sehari-hari kupanggil mama yang dimana saat ini usianya telah memasuki usia 60-an, hanya tinggal sendirian dikampung, dirumah yang telah berdiri semenjak kami lahir dan menyisakan begitu banyak kenangan manis. Â
Bapak dan nenek (ibu dari mama) telah meninggal dunia beberapa tahun silam. Â Kami tiga bersaudara. Saya dan kakak perempuan tertua tinggal di pulau yang sama (Tarakan, Kalimantan Utara) sedangkan mama berbeda pulau dengan kami (Makassar, Sulawesi Selatan). Adik Kami yang laki-laki tinggal diwilayah yang sama dengan mama namun karena profesinya sebagai seorang pelaut, membuat intensitas pertemuan dengan mama juga menjadi sangat jarang ataupun terbatas. Sedari dulu mama adalah seorang ibu rumah tangga.Â
Beliau sangat telaten dalam menjalankan tugasnya tersebut. Menjadi istri yang baik, setia dan begitu taat kepada Bapak. Saat nenek masih hidup, mama adalah orang yang merawat nenek sampai beliau wafat. Â Beberapa tahun sebelum nenek wafat, beliau menderita demensia dan susah beraktivitas karena raga yang termakan usia.Â
Tiga tahun sebelum nenek wafat, Bapak telah menghembuskan nafas terkhir karena kecelakaan. Dalam kesehariannya selama ini, dari hari senin sampai dengan jum'at, mama membantu mengasuh cucu keponakannya karena mama yang meminta sendiri hal tersebut dengan tujuan agar tidak merasa sunyi dan kesepian.Â
Meski jarak rumah mama dengan rumah keponakannya tersebut cukup jauh, tidak menghalangi mama untuk melakukan hal tersebut. Beliau juga sangat bersemangat dalam mengasuh cucu keponakannya tersebut karena mama mempunyai komunitas senam bersama ibu-ibu kompleks yang ada disekitar lingkungan tempat tinggal kerabat kami tersebut. Untuk hari sabtu sampai dengan minggu, mama kembali ke rumahnya untuk beristirahat ataupun untuk membersihkan rumahnya yang sudah ditinggalkannya selama beberapa hari.Â
Sekedar informasi, sebelumnya kami pernah tinggal selama tujuh tahun dikompleks tersebut pada tahun 90-an dan mama termasuk warga kompleks yang sangat aktif dalam organisasi dasa wisma saat itu, sehingga tidak heran jika mama sangat mengenal para warga khususnya ibu-ibu dikompleks sekitar.Â
Mengapa mama tidak ikut anak-anak perempuannya saja kepulau kalimantan? jawabannya sebenarnya cukup simpel dan hal itu mungkin terjadi juga dengan para orang tua pembaca yang tinggal dikampung, yaitu karena tidak ingin meninggalkan rumah dan kampung halamannya serta ingin meninggal dikampung halamannya sendiri. Hehehehehehehe...... Berkali-kali kami memanggil mama agar hidup bersama kami dipulau kalimantan, namun beliau tetap menolak hal tersebut.