Sudah hampir satu abad momentum sumpah pemuda berjalan. Kedigdayaan pemuda pada saat itu membentuk semangat kolektfitas secara gagasan kebangsaan dan persatuan. Dengan meninggalkan segala bentuk ego sentris dan primordialisme yang menjangkit perjalanan feodalisme bangsa Indonesia. Perubahan yang tersistematis dalam momentum sumpah pemuda bukan hanya menyatukan para pemuda, tetapi jauh daripada itu menanamkan di alam bawah sadar secara pemikiran dan tindakan untuk mencapai kehidupan yang layak dari bebasnya rantai imperialisme. Upaya segala bentuk kebebasan dari imperialisme dan kolonialisme sudah berjalan beratus-ratus tahun lamanya. Tentu, kita ingat bagaimana perjuangan Pangeran Diponegoro dan Tjokroaminoto dalam idealisme nya untuk mempertahankan harga diri bangsa dari penindasan para kebengisan kaum penjajah. Mereka pemuda yang memiliki visi dan semangat pemuda yang konsisten di sisa umurnya. Jadi, sangat naif jika kita medikotomikan bahwa pahlawan-pahlawan tua tidak pernah merasakan sebagai pemuda. Padahal mereka adalah manifesto yang paling bersinar daripada pemuda dan golongan tua pada zamannya yang walaupun hasil perjuangan belum berpihak pada keberhasilan padanya.
Berkumpulnya para pemuda yang menyatukan visi hingga bersumpah di dalamnya pada tahun 1928 menjadikan fondasi dasar dari sejarah perjuangan bangsa hingga mencapai keberhasilan kemerdekaan pada tahun 1945. Dengan melahirkan gagasan persatuan bangsa, bahasa dan tanah air. $ Moehammad Jamin juga memberikan uraian tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda yang dipengaruhi lima faktor yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan$ . Perbedaan gaya dan corak perjuangan pemuda pada zaman Pangeran Diponegoro dengan Agus salim dan Hatta sangatlah berbeda. Semasa Pangeran Diponegoro perjuangan dalam peperangan fisik menjadi modal utama namun di era Agus Salim dan Hatta menjadikan diplomasi secara politik sebagai alat perjuangan mereka di ruang global dalam melepaskan kolonialisme.
Perubahan gaya perjuangan tersebut merupakan dampak positif dari kebijakan politik etis yang dilakukan para penjajah. Proses pendidikan yang didapatkan kepada bumiputra menjadikan tingkat intelektual para pemuda meningkat setelah menempuh pendidikan secara terbuka sampai ke luar negeri. Realitas kemudian membuka tirai ketakutan dan kekhawatiran dengan semangat optimisme setelah mengenyam pendidikan secara layak. Percepatan kesadaran akan pentingnya persatuan para pemuda membuat masyarakat di zaman tersebut menaruh harapan besar kepada pemuda untuk merubah realitas bangsa menjadi lebih baik kedepannya.
Kemudian, bagaimana kita para pemuda saat ini dalam menyikapi momentual sumpah pemuda? sedangkan kita masih tertidur lelap oleh romantisme sejarah dengan bersembunyi dibaliknya serta hanya mengeluarkan kalimat-kalimat utopis semata tanpa ada aksi yang nyata. Sudah seharusnya pemuda saat ini bukan lagi hanya mengingat yang sudah tapi harus membuat yang akan. Karena secara realitas nya setiap tantangan pemuda dari masa ke masa berbeda. Soekarno di masa muda nya dengan pemuda berbasis teknologi zaman ini berbeda dalam melihat suatu realitas. Dahulu peristiwa gagasan-gagasan lahir hingga menjadi momentum di tiap tahunnya saat ini seperti sumpah pemuda atau pancasila. Namun, saat ini ? pemuda sudah membuat apa ? selain daripada hanya mengikuti momentum peristiwa ini pertiap tahun. Bahkan sadisnya bukan melahirkan gagasan tetapi melahirkan tragedi.
Hingga pada akhirnya makna pemuda harus sudah kita pahami bukan hanya sekedar umur semata. Tetapi, pemuda adalah dengan kita selalu semangat dalam memperjuangkan perubahan menuju lebih baik, gagasan yang visioner dan melawan ketidakadilan itupun juga adalah ciri pemuda. Umur boleh dikatakan tua tetapi sifat dan perilaku harus selalu muda di dalam sisa sisa umurnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H