Mohon tunggu...
Nur Kholik
Nur Kholik Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Sebagai seorang pendidik dengan spesialisasi dalam sosiologi, antropologi, dan pendidikan Islam, saya memiliki pemahaman mendalam tentang analisis fenomena sosial, budaya, dan keagamaan. Dalam kapasitas saya sebagai akademisi dan penulis, saya mendorong para pembaca dan mahasiswa untuk menjelajahi kerangka berpikir kritis dan analitis dalam memahami kompleksitas dunia kita. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dan berbagai penelitian yang telah dipublikasikan, saya berfokus pada peran agama dalam membentuk identitas sosial dan implikasi sosial dari struktur kekuasaan dalam masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Quo Vadis Perguruan Tinggi Islam?

18 Oktober 2024   05:10 Diperbarui: 18 Oktober 2024   08:39 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Diakui bahwa Indonesia adalah Negara yang menempati posisi terbesar jumlah penduduk Muslimnya. Akantetapi potensi mayoritas muslim tersebut belum menjamin peran sosialnya. Hal ini tentu terkait dengan soal pendidikan, pertanyaannya Apakah pendidikan yang dikembangkan umat Islam sudah memenuhi fungsi dan sasarannya?

Berangkat dari penelitian pakar statistic “Yahya” menyimpulkan bahwa perguruan tinggi islam memiliki kecenderungan “ugal-ugalan” karena 65 persen dari seluruh dana PT hanya digunakan untuk biaya administrasi, sedangkan 35 persen lainnya untuk pendidikan. Kondisi tersebut menurut penulis tentu sangat memprihatinkan dan mengenaskan karena sudah mengeyampingkan kepentingan kualitas (SDM). 

Lebih lanjut, pimpinan PT seolah beranggapan bahwa pengelolaan PT identik dengan pengelolaan SLTA yang diperluas. Padahal ada visi dan misi yang harus dicapai dan ada reputasi yang harus dipertanggungjawabkan. Sebab itu, segala sesuatu yang dilakukan perguruan tinggi harus dipertaggungjawabkan dan dikerjakan secara transparan.

Kembali pertayaan awal, setidaknya ada 2 faktor yang menjadikan model pendidikan islam bertipologi statis, tertinggal, dan tidak dikenal masyarakat. 1) subject matter pendidikan islam masih berorientasi kemasa silam (secara system) dan bersifat normative serta tekstual. 2) masih mengentalnya system pengajaran maintenance learning yang bercirikan lamban, pasif dan menganggap selalu benar. Oleh karena itu saya kira dalam konteks pengembangan pendidikan, konsep George Count masih relevan untuk dikemukakan ulang.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun