Mohon tunggu...
Nur Olip
Nur Olip Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menulis yang ingin ditulis, tapi masih suka baca tulisan orang lain

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menengok Anak Gunung Krakatau

7 Oktober 2016   00:22 Diperbarui: 7 Oktober 2016   16:59 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah browsing di Google dan mecari open trip, akhirnya fix kami ikut Open Trip ke anak Krakatau. Dengan Biaya Rp 460.000/orang dan titik kumpul di Pelabuhan Merak di Hari Jumat jam 11 malam di salah satu toko retail. Dari pemandu open trip Anak Krakatau akhirnya kami tahu bahwa open trip yang saya ikuti gabungan dari open trip 5 travel dan mayoritas peserta open trip adalah orang Jakarta, setiap peserta travel dikenakan biaya berbeda-beda, ada yang Rp 400.000/orang, Rp 430.000/trip bahkan ada yang hanya membayar Rp 380.000/orang dan saya yang tinggal di serang dekat pelabuhan merak membayar yang paling mahal dan tergantung travel open trip yang diikuti.

Tepat pukul 01.30 kami bersiap masuk kapal, dan pukul 02.00 dini hari kapal berangkat menuju Bakaheuni. Walaupun berbarengan naik kapalnya, tetap saja bagi pertama kali naik kapal seperti kami cukup membingungkankan, apalagi petugas kapal teriak-teriak untuk memilih tempat duduk di kelas ekonomi, VVIP dan Super VVIP dan dengan embel-embel 'gratis', tetapi tetap di pintu masuk dituliskan dikenakan biaya Rp 10.000 untuk VVIP duduk dan Rp 15.000 untuk tidur, dan kami pun mencari kursi untuk bersiap-siap mengistirahatkan badan kami yang sudah lelah di kursi dan membayar Rp 10.000. Tiga jam perjalanan ditempuh dan jam 5 pagi kami sudah sampai di Pelabuhan Bakauheuni. Perjalanan dilanjutkan dengan angkutan umum menuju Dermaga Canti.

Menuju Pulau Sebuku
Menuju Pulau Sebuku
Menuju Pulau Sebuku, duduk di atas geladak
Menuju Pulau Sebuku, duduk di atas geladak
Di Dermaga Canti, aktivitas yang banyak dilakukan aktivitas bongkar dan muat hasil bumi terutama pisang yang akan di bawa ke Jakarta. Banyak warung di Dermaga dan kita bisa sarapan dengan harga cukup bersahabat, sarapan dengan sayur lodeh, tempe, telor dan segelas teh’ manis cukup membayar Rp 12.000. Harga yang sangat terjangkau untuk daerah wisata. Jam 08.00 kami bersiap-siap naik ke perahu yang akan mengantar kami ke Pulau Sebesi. 

Itu adalah pulau utama terbesar untuk penginapan kami sebelum esok hari menengok anak Krakatau. Sebelum ke Pulau Sebesi, Pemandu kami mengajak ke Pulau Sebuku Kecil dan Besar untuk bermain di pantai pasir putih dan tentunya menjadi salah satu tujuan wisata di sana adalah snorkeling. Untuk wisata air bawah tanah, terumbu karang masih banyak kerusakan, dan masih sedikit terumbu karang yang hidup dan sedikit ikan hias. 

Sayangnya saya tidak bisa menyebutkan satu persatu nama ikannya, selain saya tidak hapal nama ikan, saya juga tidak bias berenang, jadi bisa ber-snorkeling ria hanya 20 menit sudah cukup membuat saya bahagia, apalagi ini yang pertama kali. Pulau Sebuku menjadi spot pertama rombongan kami cukup di tempuh 30 menit dari Dermaga Canti, dengan kejernihan air pantainya dan pasir putihnya api tidak 100% pasir putih, jadi tidak bisa bebas seenaknya lari-lari tanpa sandal.

Pantai Sebuku kecil
Pantai Sebuku kecil
Karang Pulau Sebuku
Karang Pulau Sebuku
Snorkling Pertama kali :)
Snorkling Pertama kali :)
Kejernihan air pantai Sebuku
Kejernihan air pantai Sebuku
Destinasi selanjutnya, menuju Pulau Sebesi, Pulau utama dengan jumlah 800 KK dan mayoritas penduduknya berasal dari Banten dan terkadang penduduk menjual langsung hasil bumi ke Serang langsung lewat Dermaga Anyer cerita dari bapak yang jual kelapa muda di homestay kami. Mayoritas mata pencaharian penduduk Pulau Sebesi adalah petani pisang, kelapa, kakao dan nelayan. 

Masyarakat yang ramah membuat kita sangat nyaman dan aman, kita tidak merasa khawatir ketika meninggalkankan homestay tanpa dikunci dan pintu terbuka lebar dan satu lagi, penduduk sana ketika sholat di masjid, kunci sepeda motor masih tergantung di motor. Saya sempat berpikir siapa yang kana mencuri motor mereka? Karena untuk membawa motor tersebut harus menyeberang ke Dermaga Canti selama 1.5 jam.

Gerbang Pulau Sebesi
Gerbang Pulau Sebesi
Kapan Nelayan
Kapan Nelayan
Kecerian anak-anak pulau Sibesi
Kecerian anak-anak pulau Sibesi
Sore hari, menjelang sunset, waktu yang sangat dinanti. Menikmati suasana sore di pantai yang bersih, bening, seolah tanpa tercemar polusi, sunyi, tidak terlalu banyak manusia yang ada di pantai merupakan idaman manusia, kami pergi ke Pulau Si Umang-umang. Jangan bayangkan Pulau Si Umang-umang banyak kelomangnya, karena nama Si Umang hanya nama legenda, dan si bapak yang membantu menjalankan kapan tidak bisa menjelaskannya. 

Pulau Si Umang-umang tidak begitu besar, andai saya mengelilingi ambil jalan cukup 20 menit saya sudah mengelilingi pulau tersebut, tapi jangan pandang kecil pulaunya, tapi pulau ini sangat indah, sangat bening. Namun sayang, kami tidak bisa menikmati sunset dengan tenang, karena mendung gelap gulita dan gerimis mulai jatuh ke pelukan bumi samapi malam hari, jadi sayonara sunset, mungkin lain kali baru kami bisa menikmati.

Kebeningan Pulau Umang
Kebeningan Pulau Umang
Kebeningan Pulang Siumang
Kebeningan Pulang Siumang
Kebeningan Pulau Siumang-uamng
Kebeningan Pulau Siumang-uamng
ikut bergaya kekinian
ikut bergaya kekinian
Jam 3 dini hari, keesokan harinya, kami harus sudah bersiap-siap untuk berangkat. Perjalanan menuju anak Gunung Krakatau dimulai, dan selama di perjalanan gelap gulita kami tidak diijinkan duduk di atas geladak kapal, kami harus duduk di geladak dan kami hanya menghabiskan tidur menunggu matahari terbit sambil menikmati getaran dari diesel mesin kapal. Membutuhkan waktu perjalanan 2 jam dari Pulau Sebesi ke Anak Krakatau. 

Jika di pulau sebelumnya pasirnya putih, sebaliknya di Anak gunung Krakatau pasirnya hitam legam namun kehitaman pasirnya membawa eksotisme tersendiri. Air pantai yang bening menyatu dengan pasir dan seolah-olah membuat pantai masih dalam karena kita sulit melihat batasannya. Ketika kita menengok cahaya mentari di sela-sela bayangan Pulau Rakata (Pecahan Gunung Krakatau) ada sinar yang menyejukkan dan membuat kita enggan beranjak dari tempat tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun