Etika manusia dalam berbudaya. Etika berasal dari bahasa Yuniani, ethos. Sedangkan secara konteks etika diartikan sebagai nilai-nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalm mengatur tingkah laku. Sedangkan Kebudyaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia beretika, akan menghasilkan budaya yang beretika.
Etika atau moral dapat digunakan oleh manusia sebagai wadah untuk mengevaluasi sifat dan perangainya. Etika selalu berhubungan dengan budaya karena merupakan tafsiran atau penilaian terhadap kebudayaan. Etika mempunyai nilai kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya tidak absolut dan mempunyai standar moral yang berbeda-beda tergantung budaya yang berlaku dimana kita tinggal dan kehidupan sosial apa yang kita jalani.
Meta-ethical cultural relativism merupakan cara pandang secara filosofis yang yang menyatakan bahwa tidak ada kebenaran moral(etika) yang absolut, artinya setiap etika harus selalu disesuaikan dengan cara pandang kebenaran moral menurut komunitas sosial atau masyarakat yang ada.
Kita menyadari bahwa setiap budaya memiliki kekhasannya masing-masing. Bahkan seringkali saling bertolak belakang. Di satu budaya sikap tertentu dapat diterima, tetapi dalam budaya yang lain bisa saja tidak. Namun kriteria penilaian terhadap bagus dan tidaknya suatu budaya selalu diukur dengan baik atau tidaknya sikap moral (etika) anggota masyarakatnya. Sehingga antara etika masyarakat dan budaya masyarakat itu sendiri selalu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H