Dua tahun tak ke Jakarta ternyata banyak perubahan yang terjadi. Perubahan tersebut antara lain pembayaran tiket TransJakarta dan Commuter Line.
“Pakai kartu mbak!” kata petugas loket TransJakarta di halte St.Carolus. Saya menarik keluar uang Rp. 3.500,- yang hendak saya berikan tadi.
“Oh... sekarang pakai kartu ya mbak, enggak bisa bayar tunai lagi?”. Tanya saya dengan tampang udik.
“Iya enggak bisa, mbak beli kartunya dulu. Harganya Rp. 40.000,- saldo di kartu tersebut Rp. 20.000,-. Nanti kalau habis bisa di isi ulang lagi bisa di loket TransJakarta atau di Indomaret juga bisa”. Jelas petugas loket itu.
“Nanti kartunya ditempelin di e-Gate, setelah pemakaian saldonya akan berkurang otomatis”. Lanjutnya.
Tak berbeda jauh dengan pelayanan untuk Commuter Line. Hehe ternyata berubah juga. Waktu itu saya ingin ke rumah sepupu di Griya Bintaro. Untuk akses ke sana lebih mudah dan murah menggunakan Commuter Line. Untuk ke Bintaro saya harus naik commuter line di stasiun Senen, lalu transit di stasiun Tanah Abang, dan naik kereta lagi menuju stasiun Pondok Ranji.
“Ke Tanah Abang pak”. Kataku pada bapak yang bertugas di loket
“Rp. 12.000,- mbak”. Saya kaget.
“Hah... Rp. 12.000,- tarifnya naik ya pak?”. Seingat saya untuk naik commuter line cuma bayar Rp. 2.000,- s.d Rp. 6.000,-
“Nggak mbak, ke Tanah Abang cuma Rp. 2.000,-. Rp. 10.000,- untuk jaminan”. Jelas bapak itu sambil memberi saya tiket dan kartu single trip (tiket harian berjaminan)
“dan entar kartunya di tempelin di e-Gate. Kalau mbak sudah sampai di tujuan tukarkan kartu ini ke loket dan uang jaminan Rp. 10.000,- akan dikembalikan”. Lanjutnya
Sampai disini saya masih agak sedikit bingung. “Jauh berbeda ya sekarang pelayanannya” kata saya dalam hati.
Tiba di stasiun Tanah Abang, ternyata saya salah lagi. Saya bertanya ke satpamnya kalau saya mau ke stasiun Pondok Ranji.
“Salah mbak, tadi waktu di stasiun senen harusnya langsung bilang ke petugas loketnya mau ke Pondok Ranji. Biar mbaknya nggak usah bolak-balik antri di loketnya. Sekarang mbak harus keluar dulu dari stasiun Tanah Abang setelah itu masuk lagi dan beli tiket untuk ke pondok ranji” Satpamnya menerangkan dengan detail.
Hehe.... capek deh... harus jalan jauh lagi, harus antri lagi beli tiket. #Pengalaman
Sampai di rumah sepupu, dia menyarankan agar saya membeli tiket langganan atau Multi Trip. Tiket Multi Trip adalah tiket yang digunakan kapanpun sepanjang kartu tersebut memiliki saldo. Sistemnya kayak TransJakarta. Beli kartu Multi Trip-nya (Commet) di loket stasiun KRL dengan harga Rp. 50.000,- dengan saldo awal Rp. 30.000,-. Jadi memakai kartu Multi Trip lebih fleksibel, kita tidak perlu antri lama di loket langsung saja tempelin kartunya di eGate. Harga tiket dan saldo kartu kita akan tampil di layar eGate stasiun tujuan akhir kita.
Cerita diatas adalah sedikit pengalaman saya menggunakan transaksi non tunai. Memang sudah saatnya moda transportasi kita beraliih ke non tunai.
Selain untuk transportasi, saya juga menggunakan transaksi non tunai ketika berbelanja di supermarket, mini market, dan toko buku jika pembelanjaan saya diatas Rp. 50.000,-
Saya pribadi merasakan manfaat lebih dibandingkan bertransaksi dengan menggunakan uang tunai. lebih praktis,tidak perlu membawa banyak uang tunai, lebih higienis, pelayanan kasir/petugas loket lebih cepat (tidak perlu pusing dengan uang kembalian), lebih efektif dan efisien karena tidak perlu antri lama di loket untuk membeli tiket. Cukup masuk ke dalam halte ataupun stasiun dan tempelin deh kartunya.
Mengenai rencana pemerintah kedepannya akan membatasi transaksi tunai saya sangat mendukung program tersebut. Karena dengan transaksi non tunai dapat memberikan keuntungan dan manfaat berbagai pihak, bukan cuma masyarakat, tapi menguntungkan pemerintah, pihak bank, dan pihak swasta. Win... win... solution lah ;)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H