Ditengah-tengah problematika perekonomian saat ini, banyak kita temui seantero masalah yang mengakibatkan banyak pihak mengalami penderitaan.Penyelesaian dengan cara apapun dalam sistem saat ini tidak akan menyelesaikan problematika tersebut secara tuntas. Sampai hari ini ekonomi kapitalisme masih mendominasi seantero bumi dengan segala kekurangannya. Kondisi renta yang tertatih untuk bertahan dari terpaan spekulasi sektor non riil sebagai basis perekonomian, siap mengancam kapan saja. Krisis terjadi secara berulang begitu nyata. Walaupun bisa diredam, krisis akan datang lagi dengan waktu yang lebih pendek dan lebih keras hantamannya. Ekonomi kapitalisme yang berpatokan pada mekanisme pasar bebas dengan tangan yang polos memberikan kebebasan pada setiap orang dalam menguasai sumber daya. Dalam mengatur perekonomian, terbukti menimbulkan kesenjangan disebabkan karena modal yang menjadi penentu keberhasilan. Masyarakat seolah terbelah menjadi dua, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin melarat. Itulah potret perekonomian yang tampak saat ini dengan kemiskinan dimana-mana.
Problem kemiskinan termasuk salah satu persoalan utama. Meskipun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bertambah tiap tahun, tapi tidak menjamin terwujudnya kesejahteraan yang nyata. Sertadalam sistem ekonomi Islam kelangkaan bukanlah merupakan persoalan utama, persoalan utamanya adalah pada distribusi. Disinilah letak perbedaan ekonomi Islam dalam memandang permasalahan. Jika ekonomi sosialis dan kapitalis dibangun berdasarkan akal manusia yang serba terbatas, maka ekonomi Islam dibangun berdasarkan wahyu ilahi sebagai asasnya. Bukan dari segi manfaat atau tidak. Bisnis yang diperbolehkan dalam sistem sosialis/kapitalis, dianggap ilegal jika bertentangan dengan hukum Islam.
Solusi dalam masalah produksi cukup diserahkan pada akal manusia untuk mencari cara mewujudkannya.Fakta di dalam kehidupan menunjukkan bahwa tidak semua barang dan jasa yang diproduksi manusia untuk dikonsumsi sendiri. Fakta juga menunjukkan bahwa , sebagian besar barang dan jasa yang diproduksi manusia adalah untuk kepentingan dan kebutuhan manusia lain. Seperti petani yang menanam padi atau produsen baju yang menghasilkan baju, sebagian besarnya diperuntukkan bagi manusia lain. Hanya sedikit saja yang digunakan untuk konsumsi.Problem distribusi bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, apabila prosesnya diberikan sesuai kehendak akal manusia. Karena keadilan menurut akal manusia sangatlah relative. Tidak ada kata adil yang bersifat pasti, tergantung kepentingan dan sering kali menimbulkan perselisihan. Pendistribusian yang adil tidak dapat diserahkan kepada akal manusia. Pendistribusian yang adil tanpa diskriminasi dapat diwujudkan dengan konsep aturan Islam. Jika tidak, maka persoalan membagi warisan saja akan terjadi perdebatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H