Krisis keuangan global belum berakhir dan dampaknya masih terasa. AS masih terus memompa uang ke pasar, sementara negara-negara Uni Eropa masih berkutat dengan penghematan fiskal. Kondisi ini juga menjadi bukti bahwa perekonomian tidak berjalan dengan normal tanpa intervensi dan bantuan negara. Praktik yang dilakukan oleh negara-negara kapitalis tentu saja bertentangan dengan teori sistem kapitalis sendiri yang menabukan intervensi pemerintah terhadap pasar.
Selama ini, upaya penangan krisis selalu gagal menyentuh akar dan sumber masalahnya. Hal ini karena sumber tersebut melekat dalam sistem Kapitalisme itu sendiri. Sistem ini ibarat orang yang menderita penyakit kronis yang di suatu waktu dilaporkan bahwa kesehatannya membaik, namun di saat lain muncul laporan yang mengatakan sebaliknya. Ia pun harus diberi analgesik dan suntikan untuk mengurangi rasa sakitnya. Namun demikan, ia tetap saja menderita penyakit yang akut. Dengan demikian ekonomi global saat ini akan selalu mengalami krisis selama sistem Kapitalisme tetap eksis.
Oleh karena itu, tidak ada solusi nyata kecuali Islam. Sistem ini memandang bahwa masalah ekonomi adalah distribusi kekayaan yang tepat sehingga memungkinkan setiap individu untuk mendapatkan bagian dan keuntungan, serta mencegah terjadinya akumulasi kekayaan di tangan orang-orang tertentu saja. Islam juga tidak berpandangan bahwa setiap orang hanya mendapat bagian sesuai dengan kekayaan dan sumberdaya yang ia miliki, sebab hal itu hanya akan menguntungkan segelintir orang saja.
Kita harus menegakansebuah sistem yang baikagar bisa menyebarkan kebahagiaan dan kehidupan ekonomi yang sehat, bukan hanya untuk umat Islam semata, namun juga akan disebarkan ke seluruh penjuru dunia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H