Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Adakah Sangsi dari Kompas buat Pegawainya?

19 Februari 2014   01:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:42 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Saya tidak tahu apakah pertanyaan saya ini masuk akal atau tidak. Cuma saya ada sedikit uneg-uneg atau kejanggalan kenapa Kompas sampai bisa meloloskan sebuah tulisan yang sudah pernah diterbitkan? Seharusnya seorang penjaga gawang desk Opini mengecek keorisilan suatu karya atau tulisan sebelum akhirnya bisa diterbitkan?, terlepas gelar apa yang dimiliki maupun ketenaran penulis tersebut. Taruhlah kalau penulis tersebut adalah berasal dari dunia akademik, tapi check-and-recheck tetap diperlukan. Jangan sampai ketenaran, banyaknya gelar dan tingginya posisi atau jabatan seseorang, akhirnya dengan mudah meloloskan sebuah tulisan.

Dalam dunia tulis menulis apalagi di dunia penerbitan sekarang ini, dituntut untuk bekerja secara profesional. Tentunya masalah keamanan database dan keorisinilan suatu tulisan perlu dicek terus menerus. Tidak peduli apa latar belakang seorang penulis tersebut. Untuk  surat kabar sebesar Kompas yang  sudah menjadi rujukan atau barometer berbagai surat kabar lokal, sampai bisa kecolongan terhadap suatu karya/tulisan, berarti suatu hal yang benar-benar sudah  memprihatinkan dan memalukan.

Tanpa ada usaha check-and-recheck dari penjaga gawang desk Opini, sampai kapan pun akan terus kebobolan kalau hanya melihat seseorang dari gelar akademik atau jabatan yang disandang. Celakanya, tidak semua yang bergelar akademis mempunyai kepiawaian dalam menulis agar suatu ide itu bisa disampaikan kepada masyarakat. Karena memang bahasa yang dipakai pun lain. Biarpun sama-sama menggunakan bahasa Indonesia, tapi gaya penulisan untuk bisa dibaca oleh masyarakat dengan dunia akademik itu lain.

Dengan kata lain, suatu tulisan agar bisa dibaca oleh masyarakat umumnya lebih ringan dan tidak kaku. Walaupun untuk sebuah tulisan ilmiah sekalipun. Itulah sebabnya dibutuhkan suatu ketrampilan atau skills tersendiri untuk bisa menghasilkan tulisan yang ilmiah populer.

Sementara menulis untuk sebuah jurnal ilmiah, tentu mensyaratkan jargon-jargon khusus yang biasa digunakan atau mengacu pada teori-teori yang ada. Disisi lain dengan perkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada sudah begitu cepat, akan mempengaruhi juga perkembangan sosial budaya yang ada dan seringnya jauh lebih cepat dengan perkembangan ilmu yang ada di buku atau teori. Maka tidak sepatutnya lagi suatu ide atau opini harus keluar dari seorang akademisi. Tapi siapa pun bisa menyumbangkan ide bagi perkembangan ilmu penegetahuan, teknologi, maupun sosial dan budaya. Dan semua orang berhak untuk menyumbangkan gagasannya asalkan mereka mau menyamaikannya. Bukankah dengan perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat, sekarang sudah tidak ada lagi monopoli ilmu itu berada di dunia kampus. Tapi bisa disumbangkan oleh siapa saja dan darimana saja, asalkan dia memang mumpuni.

Bukankah seharusnya memang demikian?? Bagaimana kawan?  Sekedar urun rembug dan maaf kalau salah

Salam kejujuran,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun