Tidak ada pilihan lain kalau kita ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik adalah dengan mengelola keuangan secara cerdas. Tanpa pengelolaan keuangan yang cerdas, kita akan sulit mencapainya secara maksimal. Persis seperti kata pepatah A goal without a plan is just a wish.
Hal ini karena pengelolaan keuangan secara cerdas, tidak bisa dilepaskan dengan pengendalian keinginan yang bermacam-macam untuk dialihkan ke tindakan penghematan dan pengekangan nafsu (sementara) untuk tujuan yang lebih besar di masa depan. Dengan tindakan yang cerdas, kita tidak mudah tergiur oleh diskon besar-besaran, gengsi atau sifat konsumerisme, karena semua sudah diperhitungkan dananya dari awal untuk setiap posnya.
Itu sebabnya bagi yang berperilaku besar pasak daripada tiang, maka sampai kapan pun akan sulit dan bahkan tidak akan pernah mencapai financial freedom di hari tuanya. Justru perilaku demikian membuat mereka miskin secara financial, karena tidak bisa menyisihkan uang untuk ditabung, diinvestasikan, bahkan menyiapkan dana darurat atau membeli asuransi sekali pun. Â Jadi pertanyaan kenapa gaji habis ditengah bulan, bisa dimaklumi.
Disisi lain dompetnya mungkin tebal dan gemuk, karena banyak kartu kredit, kartu debit, dan kartu membership dari berbagai toko. Tapi semua itu tidak berarti kalau ternyata tabungan kita bersaldo minimum. Ini yang membuat kita menangis dan bertanya, untuk apa uang yang sudah dibelanjakan?
Inilah resiko kalau kita hanya menuruti lapar mata dan lapar perut. Tidak peduli berapa gaji yang diperoleh setiap bulannya serta profesi yang dipunyainya. Selama kita tidak bisa mengelola keuangan secara cerdas, maka gaji akan habis sebelum waktunya.
Percayalah jalanan macet kalah mengerikan dibanding keuangan yang macet. Hal ini karena jalanan macet masih bisa dilewati. Namun, kalau keuangan bermasalah susah mencari jalan keluarnya
Makanya pengetahuan akan melek atau cerdas secara financial adalah sangat penting untuk dimiliki siapa saja. Semua itu agar apa yang kita inginkan di masa depan bisa tercapai. Dengan demikian kebahagian dan kesejahteraan keluarga diharapkan bisa terwujud, karena urusan financial tidak menjadi masalah yang utama baginya.
Dengan cerdas secara financial, otomatis kita akan bijak dalam membelanjakan uangnya, tanpa merasa dipaksa oleh siapa pun. Semua itu dijalani dengan penuh kesadaran, DISIPLIN, RUTIN dan KOMITMEN.
Bahkan dengan menjadi cerdas secara finansial ada sisi spiritualitas yang harus dipahami dan dijalankan yaitu bagaimana kita memperoleh dan membelanjakan uang yang diperolehnya. Menurut Eko Pratama, salah seorang Perencana Keuangan, ada 4 kategori dari makna dibalik hubungan antara uang dan spiritualitas, yaitu:
Pertama adalah orang yang beruntung. Mereka itu bisa mendapatkan dan menggunakan uangnya dengan benar. Kedua adalah orang yang merugi yaitu mereka yang bisa mendapatkan uang dengan benar, tetapi tidak benar dalam menggunakannya. Ketiga adalah orang yang celaka, yaitu mereka yang bisa mendapatkannya tidak benar, tetapi bisa membelanjakannya dengan cara yang benar. Dan keempat adalah mereka yang celaka dan merugi, karena mereka bisa mendapatkan uang dan membelanjakannya dengan cara yang tidak benar.Â
Dari kriteria tersebut diatas hanya orang yang beruntunglah yang dapat mendapatkan dan membelanjakan uangnya dengan cara yang benar. Hal ini sesuai dengan proses penting dalam manajemen keuangan pribadi maupun keluarga. Yang berarti adalah bagaimana kita merencanakan pendapatan yang diperolehnya untuk kemudian dibelanjakan sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Sisanya sebagai  target keuntungan yang kita peroleh atau bisa ditabung dalam arti luas.