Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kafe BCA IV: BCA Optimis Sambut Ekonomi Indonesia Tahun 2017

20 Desember 2016   07:36 Diperbarui: 20 Desember 2016   09:27 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menyatakan optimis atas kiprah perbankan terhadap pertumbuhan ekonomi tahun depan dalam rangka memberikan nilai tambah kepada masyarakat.

Optimisme tersebut diungkapkan dalam diskusi forum Kafe BCA seri keempat dengan tema "Economic Outlook 2017" yang digelar BCA pada Rabu 12 Desember 2017 yang lalu. Acara ini dibuka oleh Sekretaris Perusahaan BCA, Jan Hendra. Hadir sebagai pembicara dalam forum Kafe BCA kali ini adalah Direktur Group Risiko Perekonomian dan Sistem Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Doddy Ariefianto dan Ketua Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Anggawiradan sebagai moderator acara dipandu oleh  Yuswohady.

Ternyata target pertumbuhan ekonomi 5,3 untuk tahun 2017 telah disepakati dalam Rapat Kerja Pengambilan Keputusan Asumsi Makro RAPBN 2017 antara pemerintah dan Komisi XI DPR. Oleh karena itu, dalam acara sambutannya Jan Hendra mengungkapkan pentingnya peran perbankan di era mendatang menjadi semakin luas, bersamaan dengan gencarnya implementasi literasi dan inklusi keuangan yang mendorong masyarakat untuk memperoleh layanan perbankan. Bersamaan dengan target pertumbuhan ekonomi tersebut, perbankan juga perlu meningkatkan kualitas layanan dan solusi perbankan demi melayani berbagai kebutuhan masyarakat.

Hal ini untuk menjamin keberkesinambungan dan inklusif, agar semua dapat terlibat  dari pengusaha kecil hingga besar. BCA, sebagai bank swasta terbesar di Indonesia menyadari pentingnya mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara meningkatkan berbagai layanan dan solusi perbankan agar kebutuhan masyarakat yang makin specifik dan beragam terkait transaksi keuangan dapat terpenuhi. Itu sebabnya semakin masyarakat mempercayai perbankan, semakin positif dampaknya untuk perekonomian nasional.

Sekretaris Perusahaan BCA, Jan Hendra saat memberikan sambutan (doc: pribadi)
Sekretaris Perusahaan BCA, Jan Hendra saat memberikan sambutan (doc: pribadi)
Memang pertumbuhan ekonomi dunia saat ini masih belum menunjukkan perbaikan, karena volume perdagangan dunia masih mengalami penurunan. Meski harga komoditi dari Indonesia sudah mulai naik, tapi masih pada posisi yang belum normal. Namun, beberapa sektor di dalam negeri diprediksi bakal tetap bertumbuh. Sektor-sektor itu terutama bertumpu pada belanja rumah tangga, manufaktur, infrastruktur, pariwisata dan industri kreatif, serta perdagangan berbasis online. Dan Bank BCA sekali lagi siap memperkuat fundamental ekonomi dalam negeri melalui peran perbankan, demikian kata Jan Hendra.

Melalui forum Diskusi kali ini, BCA  menyadari pentingnya berbagi optimisme dalam memberikan sentimen positif bagi pertumbuhan ekonomi tahun depan, dengan berharap masyarakat ikut memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat bagi banyak orang.

Optimisme Menyambut Ekonomi Indonesia 2017

Sebagai pembicara pertama, Anggawira dalam memberikan pemaparannya mewakili peran dia sebagai pelaku usaha. Menurut dia, ada enam peluang yang dimilki Indonesia, yaitu (1) Indonesia merupakan pasar atau Produsen terbesar; (2)  Indonesia merupakan ekonomi terbesar ke-7 di dunia; (3) Adanya bonus demografi; (4) melimpahnya Sumber daya alam; (5) Kelas menegah  dan  (6) besarnya peran UMKM.

Namun kalau melihat dari sejarahnya, ternyata faktor perlambatan ekonomi Indonesia sejak tahun 2010 terjadi karena kita masih tergantung pada komoditi. Ketergantungan ini begitu besar hingga mencapai 79,6% dibanding  manufaktur yang hanya menyumbang 8,6% dan jasa 11,8%. Sehingga ketika terjadi penurunan harga minyak dunia dan komoditi, Indonesia terkena imbas yang jauh lebih besar daripada negara lain yang menaruh pendapatan negara <50%  untuk komoditinya.

Hal ini merupakan tantangan tersendiri, agar Indonesia bisa menjadi Negara industry yang tidak hanya mengekspor bahan-bahan mentah, namun mampu mengolahnya menjadi barang jadi. Dengan demikian ada nilai tambah (value added) yang dihasilkan.

Ilustrasi Tingginya ketergantung Indonesia terhadap komoditas (doc: Anggawira)
Ilustrasi Tingginya ketergantung Indonesia terhadap komoditas (doc: Anggawira)
Kini tahun 2016 sepertinya terjadi pembalikan arah atau rebound atau sering dikenal dengan tahun kebangkitan secara ekonomi  Dengan naiknya harga minyak dunia dan harga-harga komoditi, semua itu memberi dampak positif terhadap perekonomian Indonesia. Walaupun untuk harga-harga komoditi masih belum kembali normal (pulih).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun