Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

[Serba-serbi UKM] Cash and Carry dalam Bisnis

2 April 2015   08:41 Diperbarui: 4 April 2017   17:27 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14279386371963467943

[caption id="attachment_376233" align="aligncenter" width="398" caption="Cash & Carry (doc: www.123rf.com)"][/caption]

Sebagai pelaku aktif  suatu UKM, saya kadang jengkel juga kepada pelanggan. Maksud hati mau melayani dengan sebaik-baiknya, tapi kadang pelanggan  juga ngawur. Mentang-mentang belanja dari tetangga dan bukan toko resmi seperti A*** Mart atau I*** Mart bayarnya bisa kurang atau ambil dulu bayar belakangan, alias ngutang. Kalau naik angkot atau Metromini memang begitu, tapi khan mesti bayar kalau sudah mau turun. Lha ini beli barang yang dikonsumsi habis, mau dianggap sama?.

Untuk contoh gampangnya saja, jualan pulsa yang prabayar. Bagi mereka tentu tidak bisa berkomunikasi kalau  tidak ada pulsa didalamnya. Bagusnya peraturan ini dipakai sebagai pilihan, sehingga orang tidak bisa sembarangan menggunakan Cell phone (hp) tanpa bayar dulu. Bayangkan kalau dibebaskan seperti telpon rumah, bisa kebobolan nih perusahaan telponnya, karena hampir semua orang punya hp dari SD sampai orang dewasa/tua.

Tapi sekarang yang menjadi sasaran adalah penjual pulsa yang berada di sekitar rumah. Banyak pelanggan yang menganggap remeh kepada para penjual eceran di dekat rumah, dengan gaya mengambil dulu bayar belakangan, alias kredit. Seharusnya adanya penjual pulsa di dekat rumah, akan memudahkan mereka belanja daripada harus pergi ke toko resmi seperti A*** dan I*** Mart dan lain-lainnya. Tapi malah jadi sasaran tempat berhutang. Bahkan anak-anak SD -  SMA pun sudah berani ngutang pulsa. Padahal kalau dilihat dari jenis cell phone yang dipunyai, malah jauh lebih baik dan keren daripada punya saya,  yang jadul hanya dipakai untuk sms an dan telpon saja.

Awalnya karena saya kenal sebagai pelanggan warnet, yang nyambi jualan pulsa. Makanya saya perbolehkan. Tapi lama-lama melihat pembayaran tidak sesuai dengan omongannya, saya stop dan tidak lagi membolehkan pelanggan untuk berhutang. Bahkan untuk meyakinkan mereka, saya tulis besar-besar di tembok dengan kata-kata " Maaf Kami Tidak Melayani Hutang". Maksud hati mau saya tulis Cash and Carry, karena singkat dan padat isinya. Tapi takut tidak bisa dipahami oleh pelanggan kami, apa boleh buat kalimat yang panjang sedikit pun okay lah. Yang penting pembaca tahu apa yang dimaksud oleh kami. Jadi kalau mereka mau ngutang, saya tinggal bilang,"Aduh nggak bisa, itu ada tulisannya di tembok."

Hal itu saya lakukan, karena sudah kesel dan justru mempersulit diri saya sendiri, karena perputaran uang menjadi sedikit seret. Apalagi ada beberapa pelanggan yang ngemplang. Lucunya mereka datang untuk beli pulsa dan sudah diproses, eh mereka baru bilang "tidak/belum ada uangnya atau kurang." Ini orang uangnya tidak ada atau kurang, berani-beraninya belanja. Habis itu lupa lagi bayar kekurangannya dan menganggap seperti tidak ada apa-apa. Berkali-kali lewat depan rumah pun, seperti orang tidak mempunyai hutang. Saya pesenin ke anak saya, lain kali minta uangnya dulu baru diproses.

Yang saya sayangkan justru  "Kenapa budaya atau sifat berhutang sangat melekat pada kebanyakan kita? Budaya/sifat suka berhutang inilah yang tidak saya suka dari beberapa perilaku pelanggan. Kebutuhan ini seringnya bukan  untuk hal-hal yang penting atau berurusan tentang mati hidup, kenapa mesti hutang. Katakanlah untuk kebutuhan pulsa. Dalam bathin saya sering terbersit, "Kenapa mereka tidak mencoba ngutang juga ke A*** atau I*** Mart yang sama-sama jualan pulsa dan dekat rumah?. Sudah ngutang, kalau ditagih sampai berhari-hari. Ada saja alasan yang dipakai,  keluar kota atau belum ada uang. Kalau memang tidak ada uang, kenapa mesti beli hanya karena keinginan untuk bisa kontak atau hal-hal yang bukan pokok?.

Jadi bagi saya dengan menuliskan "Maaf Kami tidak melayani hutang = Cash and Carry" adalah untuk melindungi diri dari niatan para pelanggan yang mau berhutang. Eh tadi malam, ada lagi pelanggan yang nanya, "Kalau saya tidak ada uang untuk beli pulsa bagaimana?. Saya jawab langsung, "yaa tidak bisa beli, itu sudah ada tulisan di tembok." Saya suruh dia baca sendiri, biar tahu maksudnya dan itu memang sudah menjadi aturan di warung kami.

Bagi saya, untuk urusan bisnis memang harus tegas, jangan biarkan orang lain/pelanggan merongrong usaha kita. Sekali sudah diberi kebebasan ngutang, mereka akan enak-enakan dan kita nya yang sengsara. Belum kalau sampai telat dan macet, kita sendiri yang akhirnya jadi korban oleh kelemahan kita sendiri. Saya jadi ingat Bapak saya dulu sewaktu beliau masih kerja di Apotik. Biar pun anak dan saudaranya sendiri, beli obat, ya harus bayar sama dan sesuai dengan pelanggan lain.

Itulah sekelumit serba-serbi dalam berbisnis kecil-kecilan. Lain jenis usaha, lain juga perilaku pelanggan yang aneh-aneh tentunya. Yang mulus dan lancar yang kita selalu diharapkan. Tapi tidak semuanya seperti jalan tol yang lurus dan mulus.  Lain kali saya ceritakan juga bagaimana dengan bisnis laundry & dry clean dalam kami melayani pelanggan.

Bagaimana menurut Anda? Punyakah pengalaman atau opini yang berbeda? Boleh dishare lho pengalamannya, semoga saya bisa belajar. Terima kasih

Selamat Pagi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun