Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ingatan Antara dalam "Shalat dan Tidur"

31 Oktober 2013   07:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:48 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_288998" align="aligncenter" width="529" caption="Sinkronisasi Lisan, Pikiran dan Hati (doc:tulisanjoe1.blogspot.com)"][/caption] Tulisan ini sekedar curhat di pagi hari, karena tergelitik dengan kebiasaan saya, yang boleh dikatakan sering melakukannya. Walaupun saya sudah berusaha untuk khusuk atau konsentrasi dalam shalat (sembahyang). Tapi kadang ingatan akan sesuatu cepat sekali datang dan menghampiri. Tahu-tahu berbagai rencana, keinginan atau bahkan suatu hal yang jarang terpikirkan sebelumnya, bisa muncul tiba-tiba dalam shalat. Sungguh aneh tapi itu nyata. Itulah yang sering saya lakukan. Setelah itu saya tersadar, lho saya khan sedang shalat. Kenapa pikiran dan ingatan saya melayang ke mana-mana?. Kenapa menfokuskan pikiran dalam meditasi lebih gampang daripada ketika saya menjalankan shalat?. Ah! saya masih harus belajar untuk mengsinkronisasikan antara lisan, pikiran dan hati!!! Yeah, saya mengakui kalau saya masih harus banyak belajar untuk hal ini. Namun disisi lain, saya justru kagum terhadap diri sendiri dalam hal kebiasaan tidur. Sungguh luar biasa dan tentunya saya bersyukur, karena saya tidak mempunyai masalah dalam hal ini. Bagi saya tidur benar-benar bisa dipakai sebagai detoksifikasi pikiran, ingatan serta memulihkan energi. Saatnya saya tertidur, semua masalah dan beban yang menghantui pikiran bisa lenyap seketika. Saya bisa tertidur lelap dalam hitungan menit saja. Bahkan kalau kepala sudah menyentuh bantal, tidak perlu waktu lama untuk bisa tertidur dengan pulasnya dan saya sudah tidak ingat apa-apa lagi. Sampai akhirnya saya terbangun ke esokan harinya. Untuk yang kedua ini memang suatu keberuntungan bagi saya. Karena beratnya beban kehidupan sehari-hari tidak ikut terbawa dalam tidur.  Disaat inilah puncak kebahagiaan saya, karena saya bisa tidur dengan lelap tanpa merasakan ada gangguan atau kesulitan sedikit pun. Termasuk minum kopi di malam hari tidak membuat saya terganggu tidurnya.  Saatnya saya harus istirahat, saya bisa melupakan segala-galanya. Benar-benar nikmat sekali. Ibarat mesin yang sudah bekerja seharian, maka mesin perlu diistirahatkan agar bisa awet dan tidak cepat rusak. Begitu juga dengan tubuh kita. Bagaimana menurut Anda? Silakan dishare saran dan pengalamannya juga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun