Mohon tunggu...
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih
Rokhmah Nurhayati Suryaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Keep learning and never give up

pembelajar sejati

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Siapa Takut Bermimpi?

5 September 2012   14:53 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:52 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1346858284453961594

[caption id="attachment_204120" align="aligncenter" width="531" caption="I'm a big dreamer (Doc: zazzle.com)"][/caption] Aku mungkin salah satu dari sekian banyak orang yang suka bermimpi. Bahkan mungkin pikiranku terlalu liar, sehingga sering mengembara kemana-mana. Sampai terkadang aku bingung sendiri, karena badan dan kemampuanku masih jauh tertinggal. Apa yang aku inginkan jauh melebihi apa yang ada padaku saat ini. Mirip seperti mbak Christie Damayanti yang suka bermimpi, cuma bedanya pencapaianku dengan dia masih kalah, hehheheh. Karena dia mendapat dorongan dari orang tua. Sementara aku harus menekuninya sendiri, sepeninggal Bapakku. Dulu, dialah penyokong dari mimpi-mimpiku, jadi agak sedikit ringan. Paling tidak aku bisa bercerita apa yang aku inginkan. Jadi tidaklah heran kalau sekarang aku cuma bisa bermimpi, karena kondisiku belum memungkinkan untuk bisa mencapainya. Apalagi seringnya lingkunganku tidak mendukungnya, akhirnya aku harus bergulat sendiri dengan mimpi-mimpiku. Kasihan bener nih!, hehhehe. Hal itu mungkin karena impian dari pikiranku yang kadang terlalu jauh atau tidak cocok dengan kondisi atau kenyaataan yang ada. Anehnya aku begitu percaya dengan impianku itu, jadi seringnya aku berjalan sendirian karena dianggapnya impianku tidak masuk di akal. Ujung-ujungnya aku sendiri kadang jadi tidak puas dan bisa juga mundur atau keluar kalau itu menyangkut pekerjaan. Karena apa yang aku inginkan atau harapkan ternyata tidak sesuai dengan apa yang aku bayangkan sebelumnya. Apalagi kalau hal itu menyangkut harga diri atau merasa dirugikan. Aku lebih baik mundur. Salahkah kalau akhirnya aku kecewa atau tidak puas? Haruskah aku menyesuaikan dengan mereka dan menerima kenyataan yang ada? Atau aku tetap mengejar idealisme dan angan-angan daripada aku terus menerus menderita atau sakit hati. Ternyata sampai sekarang aku masih terus mengejar idealisme atau apa yang menjadi impianku. Tidak peduli kalau aku harus mengorbankan pekerjaan sebagai tanda protesku. Begitu juga, tidak peduli siapa yang harus kuhadapi, biasanya aku akan bilang saya lebih baik pamit dan cukup saya bekerja sampai di sini. Karena bagiku ada rasa malu di sana kalau aku tidak bisa berbuat yang terbaik. Mungkin inilah yang membuatku sering menjadi kutu loncat di sana sini dalam dunia kerja, karena aku merasa tidak puas dengan kondisi yang ada. Konon, budaya malu inilah yang menjadi salah satu penyebab mengapa bangsa Jepang bisa begitu maju dan unggul di kancah percaturan dunia. Mereka akan sangat malu jika tidak bisa menunjukkan performa kerja yang terbaik dan berusaha  terus untuk melakukannya. Bahkan mereka mentradisikan budaya ini pada semua warganya. Makanya aku merasa bahwa budaya malu untuk tidak bekerja dengan benar layak diadopsi siapa saja. Bila kita tidak bisa mencapai 100 persen, dan kita tidak melakukan apapun untuk memperbaikinya, maka kita layak malu pada diri kita. Untungnya saja, aku bukan bekerja sebagai PNS. Hal ini yang membuatku menjadi lebih fleksibel untuk bergerak ke sana ke mari. Andaikan semua yang aku inginkan sesuai dengan apa yang aku rasakan dan alami, tentunya akan mulus yaa atau malah aku menjadi tidak tertantang karena hal ini. Tak tahulah, aku hanya sekedar curhat saja, karena ternyata aku memang seorang pemimpi yang ulung. Sayangnya tidak diimbangi dengan ketrampilanku menulis sejak dulu. Jadi akhirnya mimpi-mimpiku tidak bisa terekam apa yang menjadi keinginanku. Sayang sekali memang, baru sekarang aku mulai bergelut dan bermain-main dengan kata-kata. Seandainya ketrampilan menulisku sudah ada sejak dulu. Wow! berapa buku mungkin  sudah aku tulis, hehehheh. Menghayal.com Ah! apa lagi yang ingin kukejar? Haruskah aku terus bermimpi dan bermimpi yang tidak pernah ada ujungnya? Selamat bermimpi dan mewujudkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun