Lagi-lagi Indonesia digegerkan dengan berita penggrebekan serentak  teroris dibeberapa daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Kebumen (Jawa Tengah), Kendal (Jawa Tengah) dan kabupaten Bandung (Jawa Barat) oleh Tim Datasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri.
Masyarakat menjadi resah dengan keadaan lingkungan yang dirasa tidak aman, karena banyaknya teroris yang berkeliaran dimana-mana. Jaringan teroris yang berada di Indonesia ini sepertinya semakin berkembang saja setelah tertangkapnya dan dihukum matinya Amrozi,Imam Samudra dan Mukhlas, gembong teroris yang melakukan pengeboman di Bali pada tahun 2002 yang merupakan peristiwa terorisme terparah dalam sejarah Indonesia.
Peristiwa terorisme ini memicu rusaknya citra agama Islam. Banyak dugaan dan prasangka negatif yang ditujukan kepada lembaga pesantren atau lembaga pendidikan Islam lainnya, karena banyaknya masyarakat yang menggeneralisasi lembaga keagaman dan mencurigai bahwa terjadi pencucian otak didalam pesantren. Jihad sendiri mempunyai arti suatu perbuatan yang dilakukan untuk membela agama Islam dijalan Allah dan bagi pelakunya dijanjikan surga, mungkin inilah yang menjadi alasan seseroang untuk menjadi teroris, terlebih lagi bagi pelaku terorisme terutama pelaku bom bunuh diri disinyalir mendapatkan sejumlah uang yang cukup menjanjikan. Akibat dari aksi terorisme itulah sejumlah orang berpikir bahwa seorang muslim adalah seorang teroris, hal ini menjadikan nama Islam tercoreng di mata dunia.
Untuk mencegah aksi teror yang mulai kembali marak di Indonesia kita seharusnya melakukan bimbingan kepada generasi muda Indonesia agar tidak terjerumus dalam aksi terorisme. Dalam hal ini pemerintah Indonesia juga sangat berperan dengan menciptakan jaminan keamanan bagi masyarakat Indonesia. Selamat berjuang Densus 88 ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H