Mohon tunggu...
Nunung Nuraida
Nunung Nuraida Mohon Tunggu... profesional -

teacher, English, novel, x-files, Rayhan \r\n\r\nhttp://nunungnuraida.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dahlan Iskan dan Perempuan

16 Juni 2012   14:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:54 797
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_182964" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Dahlan Iskan di acara YCPA 2012, Caring Colours Martha Tilaar"][/caption] Menghadiri undangan gratis dari Caring Colours dalam acara penganugrahan Young CaringProfessional Awards 2012 merupakan pengalaman pertama saya dan tak akan terlupakan. Awalnya ragu untuk datang, tapi karena rasa penasaran saya, maka keraguan dan rasa malas pun saya lawan. Dan, keputusan saya menghadiri undangan sebagai salah satu kompasianer perempuan sangatlah tepat. Mengapa? Karena banyak sekali kisah sukses dan inspiratif yang bisa membuka mata kita untuk lebih menanamkan kepedulain atau caring kepada siapapun, kapanpun dan dimanapun kita berada.

Dengan konsep acara yang casual dan semi formal, tampak para undangan sangat antusias mengikuti setiap rangkaian acara yang dipersembahkan oleh panitia. Dan satu hal yang semakin membuat saya merasa beruntung adalah kehadiran pak Dahlan Iskan! Baru saja saya menuliskan tentang Dahlan Iskan dan Sarung Ajaib di malam sebelumnya, pagi harinya saya bertemu dengan orangnya langsung! Seperti yang ditampilkan di acara Kick Andy, sosok bersahaja itu pun berpenampilan sangat sederhana, dengan kemeja putih tanpa dasi dan celana hitam serta sepatu ketsnya yang selalu menemaninya kemana ia pergi. Tak ada protokoler atau pengawalan ketat yang saya lihat, bahkan kami para undangan bisa dengan bebas mengambil gambarnya.

Sebagai tamun kehormatan, beliau didaulat menjadi pembicara pembuka dalam ajang YCPA 2012 yang diadakan oleh Caring Colours Marthaa Tillar tersebut. Saya tercengang dengan isi sambutannya yang sangat cerdas sekaligus sederhana. Ia menyoroti tentang geliat wanita berjilbab. Ia bercerita bagaimana dulu ibunya dianggap sebagai seorang perempuan yang sangat muslimah walaupun hanya mengenakan kerudung sejenis selendang yang karena licin, seringnya turun dari kepala. Kini, perempuan yang hanya berkerudung belum terlalu dianggap cukup muslimah jika dibandingkan dengan perempuan yang berjilbab. Tentu hal ini sangat menarik. Apakah nanti di kemudian hari, gerakan berjilbab akan kemudian terkikis dengan gerakan dan perubahan baru, misalnya: gerakan perempuan bercadar? Lalu jika hal itu terjadi apakah akan terjadi pergeseran nilai seperti pada gerakan berjilbab yang menurunkan nilai dari sebuah kerudung? Namun, ia pun sangat terkesan dengan gerakan perempuan saat ini dimana jilbab semakin marak namun tidak menurunkan produktifitas para perempuan.  Selama produktifitas perempuan tidak terhambat dengan gerakan berjilbab, beliau sangat mendukung gerakan tersebut.

Di sisi lain kita melihat bahwa perempuan adalah makhluk yang sangat produktif sehingga harus diberikan tempat yang pantas bagi mereka. Sebagai seorang wanita, pastinya mereka memiliki kodrat sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya kelak. Banyak para wanita karir yang akhirnya memilih berhenti berkarir karena ingin mengurus dan mendidik anak-anak mereka sendiri. Hal ini mungkin terjadi selama kurun waktu 2-3 tahun. Ketika anak sudah menginjak usia SD, mereka pun ingin kembali beraktifitas dan menjadi manusia produktif. Karena perempuan menjadi tonggak bagi berkembangnya sebuah perusahaan atau instansi, maka kodratnya sebagai seorang ibu harus pula dipikirkan oleh semua pihak terutama pimpinan di kantornya. Satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang Dahlan Iskan adalah dengan menyediakan day-care center bagi pegawai perempuan yang ada di lingkungan kementrian BUMN, dengan begitu perempuan bisa membawa anak-anak mereka dan baby sitter nye ke day-care sehingga si ibu bisa tetap memberikan ASI terbaiknya dan ibu pun bisa melihat anak-anaknya kapan pun ia ada waktu. Ini adalah satu cara menghargai seorang perempuan sebagai kekuatan dibalik kemajuan sebuah perusahaan atau instansi.

Saking tingginya penghargaan beliau terhadap perempuan, ia pun memiliki program di salah satu kantor BUMN dimana ia akan mengangkat semua direkturnya perempuan. Menurutnya program ini bukanlah gaya-gayaan atau hanya emansipasi wanita saja. Jauh dari itu, berdasarkan penelitian, perusahaan yang memiliki banyak direktur wanitanya, mengalami kemajuan yang sangat signifikan. Namun, jika direktur wanitanya hanya satu, maka ia tidak terlalu berpengaruh, keberadaannya sama halnya dengan direktur laki-laki.  Dahlan Iskan sendiri sudah menerapkan teori ini pada perusahaan pribadinya yang berjumlah lebih dari 140 perusahaan. Tanpa sengaja, ia telah banyak mengangkat direktur wanita dibanding direktur prianya. Dari 5 direktur, wanitanya ada 3 orang. Sehingga ia yakin bahwa wanita akan sangat mampu dan maju memegang perusahaan.

Untuk mempertahankan wanita-wanita hebat dan potensial, perlu perhatian lebih terhadap kontribusi mereka. Bisa jadi kita kehilangan wanita hebat dan potensial ketika mereka memilih untuk merawat anaknya di rumah karena tidak ada fasilitas day-care yang disediakan di tempatnya bekerja. Program day-care ini pernah diterapkan di PLN karena PLN sangat tidak care terhadap hal ini. Mungkin hal ini disebabkan karena PLN terlalu laki-laki dan sangat kurang sentuhan perempuan. Jika kita kehilangan SDM perempuan yang potensial, bukan hanya perempuan itu saja yang kehilangan, tetapi juga Indonesia akan kekurangan SDM terbaiknya.

Sungguh pemikiran yang sangat apresiatif terhadap keberadaan perempuan sebagai wanita karier yang potensial sekaligus memperhatikan kodrat mereka sebagai seorang ibu bagi anak-anaknya. Semoga program day-care ini, yang memang sudah cukup banyak muncul di perkantoran-perkantoran, semakin menyebar di seluruh lini ekonomi, termasuk di kawasan industri yang sangat ketat terhadap fasilitas seperti ini.

Maju terus Pak Dahlan Iskan!

[caption id="attachment_182965" align="aligncenter" width="300" caption="Femme Talks di YCPA 2012"]

1339858283246361909
1339858283246361909
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun