Sempat tercengang juga saya ketika mendengar penuturan ustadz di masjid kampung saya. Ceramah sebelum taraweh tadi malam cukup memberikan pengetahuan baru bagi saya. Beliau mengatakan bahwa Ramadhan bukanlah bulan mulia yang disebutkan dalam Al Quran. Bulan-bulan mulia yang tercatat dalam Al Quran hanya ada empat yaitu Dzulqoidah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Lalu bagaimana dengan bulan Ramadhan? Menurut penuturan beliau, walaupun Ramadhan tidak disebutkan sebagai bulan mulia dalam Al Quran, tetapi ia memiliki keistimewaannya sendiri. Ya, banyak hal-hal penting yang terjadi dalam bulan Ramadhan yang menjadikanya mulia dengan sendirinya. Pertama, Ramadhan merupakan bulan dimana kitab suci umat Islam, Al Quran, diturunkan. Jadi, bisa kita ibaratkan bahwa umat Islam sedang merayakan ulang tahun atau kelahiran kitab suci mereka di bulan Ramadhan ini. Kedua, Ramadhan menjadi istimewa karena disinilah umat muslim menjalankan ibadah yang paling mulia yaitu shaum atau berpuasa. Seperti kita tahu bahwa Allah azza wajalla tidak makan, tidak tidur, tidak berhubungan. Maka di saat Ramadhan inilah umat muslim diberikan kesempatan untuk merasakan sifat-sifat Allah tersebut yang dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari. Ketiga, di bulan Ramadhan inilah kita mensucikan diri dan harta kita dengan mengeluarkan zakat. Maka selain kita dilatih untuk menahan lapar, haus dan hasrat, kita juga diberi kesempatan untuk melakukan ibadah wajib lainnya seperti berzakat, banyak-banyak bersodaqoh, berinfaq dll. Demikianlah hal-hal yang membuat Ramadhan menjadi bulan suci dan mulia karena memiliki keistimewaannya sendiri, walaupun tidak disebutkan secara eksplisit dalam Al Quran. Lalu, tahukah Anda asal-usul nama bulan Ramadhan? Bangsa Arab dahulu sering menamakan sesuatu berdasarkan peristiwa atau kejadian yang sedang berlangsung. Kata Ramadhan itu sendiri berasal dari bahasa Arab, Romdho, yang memiliki tiga makna, yaitu: Kesatu, Romdho berarti cuaca panas terik yang mampu mengangkat debu-debu hingga beterbangan. Ramadhan, yang merupakan bulan ke sembilan dalam perhitungan bulan Hijriyah, jatuh bertepatan dengan musim panas. Di bulan ini, panas terik matahari mencapai puncaknya, hingga daya panasnya mampu mengangkat debu-debu hingga beterbangan ke udara. Filosofi yang bisa dimaknai adalah bahwa dengan berpuasa, kita telah membakar tubuh kita sehingga diharapkan dosa-dosa kita yang menempel dalam diri bisa terlepas dari tubuh dan diri kita. Kedua, Romdho berarti membakar besi dengan api yang sangat panas. Besi, jika dipanaskan, maka akan menghilangkan karat-karat yang melekat. Besi pun dapat dengan mudah dibentuk atau dibengkokkan ketika api panas semakin membakar tubuhnya. Filosofisnya adalah dengan berpuasa, kita sedang membakar dosa-dosa yang menempel di tubuh, dan diharapkan kita akan dengan mudah dibentuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Ketiga, Romdho dapat diartikan sebagai hujan yang turun (di musim semi) setelah teriknya panas matahari yang mampu mengangkat debu-debu (di musim panas). Jadi, ketika debu-debu itu beterbangan di musim panas, datanglah hujan, yang walau sebentar, mampu menghilangkan debu-debu yang menempel dimana-mana. Filosofisnya adalah dengan berpuasa, diharapkan mampu membersihkan dan mensucikan dosa-dosa yang ada di dalam diri kita. Wallahualam bissawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H