Kasus di atas adalah contoh dimana para istri dan suami belum bisa menjalankan komitmen sesuai porsinya. Kalau masih ada para suami yang tidak mengijinkan para istrinya untuk mengikuti program pengembangan diri, bisa dikatakan mereka adalah (maaf) suami-suami yang egois. Mereka tidak memahami apa arti sebuah komitmen pekerjaan. Jika anda belum siap memberikan ijin secara total, mengapa pula anda memberikan kesempatan pasangan anda untuk bekerja? Larangan anda untuk tidak mengijinkan pasangan anda mengikuti berbagai acara pelatihan merupakan satu gambaran bahwa anda masih bersikap egois dan tidak realistis.
Benar, surganya para istri ada di ijin para suaminya. Tetapi, ketika kita sudah masuk dalam ruang profesionalitas, maka ada komitmen yang harus dipahami secara bersama. Tidak bisa asal pilih hanya mau komitmen yang satu, dan tidak mau komitmen yang lain. Itu yang namanya tidak profesional.
Untuk itu, para suami, jika anda merasa belum mampu memberikan ijin sepenuhnya kepada pasangan-pasangan anda untuk bekerja secara total, lebih baik anda ijinkan mereka menjadi ibu rumah tangga saja, profesi yang jauh lebih mulia dibandingkan profesi apapun di dunia.
Salam hangat...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H