Mohon tunggu...
Nunuk Cita
Nunuk Cita Mohon Tunggu... -

pembelajar dan menyukai fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Rose RTC] Cintai Aku dengan Sederhana

15 September 2016   23:32 Diperbarui: 16 September 2016   00:22 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Www.southernqueenslandcountry.com.au"][/caption]Malam sudah semakin larut. Mata sudah tidak bisa diajak kompromi. Tapi masih harus menunggu suami pulang dari luar kota. Tiga hari ditinggal sendiri, rasanya kok sepi sekali.

Apalagi anak sudah besar-besar, maunya pergi sendiri-sendiri. Susah menyuruh mereka diam di rumah. Ada saja alasannya, apakah itu tugas kelompok, tambahan belajar, ulang tahun teman, kemping, atau sekedar main ke rumah teman.
Terkadang ada rasa rindu menghinggapi.
Rindu saat mereka masih kecil. Tergantung kepadaku dan tidak bisa jauh dariku.

Acara televisi sudah membuatku bosan. Film tayang ulang, sinetron, badut politik dan gosip. Akhirnya kumatikan saja. Kulirik jam di dinding. Jam sebelas lewat seperempat.

Butuh berapa jam sih, jarak dati Malang ke Surabaya?
Bukankah tadi sewaktu sms, dia bilang sudah dekat. Dan itu pun sudah empat jam yang lalu.
Hhhh....tahu gitu aku tinggal tidur sedari tadi.

Karena kantuk yang tak tertahankan, akhirnya aku tertidur juga. Dan rasanya baru sebentar saja mata ini terpejam, terdengar pintu diketuk keras sekali. Aku meloncat dari sofa dan membuka pintu dengan kesadaran yang belum sepenuhnya. Pasti sudah agak lama dia mengetuk pintu.

"Maaf, Mas. Aku ketiduran. Kamu sih, pulang terlalu larut."

"Iya, gak apa. Aku juga minta maaf, pulang telat. Pulang dari Malang terus langsung ke kantor ada sedikit urusan, lalu Pak Brata mengajak makan malam bareng teman-teman sekantor. Aku sudah mau pulang tapi dia memaksa untuk ikut."

Penjelasan yang panjang meski tanpa aku tanya, adalah pembelaan karena perasaan bersalah. Ingin sekali aku tertawa melihatnya yang salah tingkah. Aku tidak pernah bisa benar-benar kesal atau marah padanya. Entah karena sikapnya yang seperti itu atau memang rasa cintaku padanya.

"Kalau memang Kamu sudah makan, aku tinggal tidur dulu ya, Mas. Rasanya mataku sudah sangat lengket nih."

"Oke, Sayang. Istirahatlah, kamu pasti lelah. I love You." Katanya sambil mencium keningku.

Keesokan paginya, saat suamiku terbangun dan mencariku di dapur.
Dilihatnya sepiring singkong keju yang masih panas di atas meja.
"Sarapan apa hari ini, Sayang? Perutku lapar sekali. Cuma singkong, ya?" Katanya, sambil mengambil sepotong singkong keju yang baru saja selesai digoreng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun