Telah lama, aku tidak menyelami kedalaman hatimu. Mungkin karena terlalu dalam, aku harus tenggelam. Palung hati yang dulu pernah memesonaku, kini semakin sulit diraih. Pesona yang sejenak aku raih, sebelum oksigen meninggalkan seluruh rongga dadaku. Kesakitan yang harus aku bayar, jika harus selalu berada di hatimu.
Biarkan aku di sini saja, menikmati lembutnya ombak yang menyapu pantai. Membiarkan angin membelai wajahku, tak peduli terpapar panasnya sinar mentari. Biar kunikmati perihnya yang membakar kulit, menit demi menit. Bersaing ketat dengan pedihnya rasa, di dalam dada.
Apa aku punya pilihan? Bersamamu, hati tersiksa. Meninggalkanmu, aku nelangsa. Semua sakit yang aku terima, tak bisa melebur, lalu musnah bersama samudera.
Baiklah, aku pilih berdamai saja. Menikmati semua sakit yang aku rasa, tanpa peduli meski harus berdarah-darah.
****
Sumber gambar: Pixabay
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H