Menopause sering kali dilihat sebagai akhir dari segalanya; akhir dari masa muda, akhir dari kesuburan, bahkan akhir dari daya tarik seorang perempuan. Namun, benarkah demikian? Di balik perubahan hormon dan tantangan fisik yang menyertainya, menopause justru menyimpan potensi luar biasa: kebebasan, kearifan, dan kekuatan baru.
Mematahkan Mitos "Akhir Segalanya"
Bagi sebagian besar perempuan, menopause menjadi fase yang ditunggu-takutkan. Perubahan fisik seperti hot flashes, insomnia, dan perubahan suasana hati kerap dikaitkan dengan ketidaknyamanan.
Namun, yang lebih mengkhawatirkan justru adalah stigma sosial yang membayangi. Perempuan seolah kehilangan nilainya ketika tak lagi menstruasi.
"Padahal menopause bukan penyakit. Ini adalah fase alamiah dari perjalanan hidup perempuan," ujar dr. Riani Putri, Sp.OG, dalam sebuah seminar kesehatan perempuan di Jakarta.
Ia menekankan pentingnya edukasi dan narasi baru yang lebih membebaskan terkait menopause.
Dari Ketakutan Menuju Kesadaran
Ibu Tanti, 52 tahun, seorang guru dan ibu dari tiga anak, mengaku sempat merasa kehilangan arah saat mulai mengalami gejala menopause. Namun seiring waktu, ia justru menemukan versi dirinya yang lebih kuat.
"Awalnya ada perasaan tak berdaya. Tapi sekarang saya justru merasa lebih utuh. Saya tak lagi dikendalikan oleh siklus bulanan atau kekhawatiran akan kehamilan. Rasanya seperti punya kebebasan baru," tuturnya sambil tersenyum.
Menopause, bagi banyak perempuan seperti Ibu Tanti, adalah proses transformasi. Tubuh boleh berubah, tetapi jati diri dan kekuatan batin justru semakin menguat.