Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru Pendidikan Khusus/Penulis/Asesor/Narasumber

Guru Pendidikan khusus, Penulis Buku Panduan Guru Pengembangan Komunikasi Autis, aktivis pendidikan dan pecinta literasi

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mengejar Matahari di Atas Awan: Perjalanan, Tadabbur dan Rasa Syukur

23 Maret 2025   16:00 Diperbarui: 23 Maret 2025   13:31 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan di Jendela Pesawat (Sumber: Dok. Pribadi)

Langit masih gelap saat pesawat perlahan meninggalkan landasan. Di luar jendela, kelap-kelip kota mulai mengecil, lalu lenyap, tergantikan oleh hamparan awan yang membentang sejauh mata memandang. 

Saya menatap ke luar, meresapi detik-detik ketika pesawat menembus batas antara gelap dan terang. Dan di sanalah, matahari muncul perlahan dari balik cakrawala, seakan memberi salam kepada para musafir langit.

Di momen itu, saya selalu teringat pada firman Allah:

"Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu." (QS. Al-Mulk: 19)

Dunia ini luas, begitu luas. Dan setiap perjalanan bukan hanya tentang perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga perjalanan hati, perjalanan tadabur yang mendekatkan kita pada kebesaran-Nya.

Perjalanan yang Mengubah Cara Pandang

Saya pernah menjejakkan kaki di beberapa negeri yang begitu memesona: Dubai, Turki, dan Arab Saudi. Setiap tempat memiliki keajaibannya sendiri, seakan menjadi lembaran kitab yang ditulis oleh tangan-tangan waktu.

Di Dubai, saya melihat bagaimana manusia mampu membangun keajaiban dari gurun tandus, pencakar langit yang menjulang, pulau buatan yang megah, dan pasar-pasar emas yang berkilauan. Tapi di balik kemegahan itu, saya bertanya dalam hati: apakah semua ini membuat manusia semakin dekat kepada-Nya, atau justru semakin lalai?

Di Turki, sejarah berbicara melalui batu-batu yang masih berdiri kokoh. Masjid Biru, Hagia Sophia, Grand Bazaar, semuanya menyimpan jejak peradaban yang pernah jaya. 

Berjalan di antara bangunan tua yang dihiasi kaligrafi indah, saya merasakan getaran spiritual yang sulit dijelaskan. Seakan-akan waktu tidak benar-benar berlalu, dan saya hanyalah seorang peziarah kecil dalam perjalanan panjang umat manusia.

Di Arab Saudi, tanah yang penuh berkah, saya merasakan ketenangan yang tak tergambarkan. Sujud di Masjidil Haram, menatap Ka'bah yang agung, mendengar lantunan azan yang menggema dari segala penjuru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun