Fenomena Sharenting
Di era digital, membagikan momen berharga anak di media sosial telah menjadi kebiasaan banyak orang tua. Fenomena ini dikenal sebagai "sharenting" gabungan dari kata sharing (berbagi) dan parenting (mengasuh anak).Â
Namun, sudahkah kita benar-benar mempertimbangkan dampak dari setiap unggahan yang kita bagikan?
Sebagai bentuk kesadaran akan pentingnya perlindungan privasi anak, bagaimana jika kita mendefinisikan ulang sharenting sebagai "Share hanya yang penting"?Â
Dengan kata lain, orang tua tetap bisa berbagi, tetapi dengan filter ketat agar tidak membahayakan anak. Pastinya parents hebat setuju dong ya?
Bahaya di Balik Sharenting Berlebihan
Beberapa orang tua tanpa sadar membagikan terlalu banyak informasi tentang anak mereka, seperti:
- Foto anak saat mandi atau berpakaian minim.
- Nama lengkap, tanggal lahir, dan lokasi sekolah.
- Keluhan tentang kebiasaan atau perilaku anak.
- Foto anak yang memperlihatkan emosi ekstrem (menangis, marah, atau ketakutan).
Meskipun niatnya baik, unggahan seperti ini dapat berdampak negatif, di antaranya:
1. Rentan Dieksploitasi oleh Pihak Tidak Bertanggung Jawab
Data anak yang tersebar bisa dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan siber, termasuk pencurian identitas hingga tindakan lebih berbahaya seperti eksploitasi anak.
2. Merusak Privasi dan Masa Depan Anak