Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Pena Lebih Tajam dari Tirani: Pramoedya dan Mahakarya yang Menolak Mati

3 Februari 2025   17:09 Diperbarui: 3 Februari 2025   17:17 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Imajinasi dan ingatannya tidak bisa dikekang. Maka, ia menuturkan kisahnya secara lisan kepada sesama tahanan, menyusun bab demi bab dalam ingatan.

Dari sana lahirlah Tetralogi Buru, Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Ia tidak menulisnya dengan tangan, tetapi dengan nyawanya.

Api yang Tak Pernah Padam

Ketika akhirnya ia dibebaskan pada 1979, kebebasan itu hanyalah ilusi. Ia masih diawasi, dicekal, dan dilarang berbicara di depan publik. 

Buku-bukunya dilarang beredar, bahkan rumahnya pernah digerebek dan manuskripnya dibakar. Namun, api yang membakar karyanya justru menjadi suluh semangat bagi banyak orang.

Semangatnya tak pernah padam. Seperti halnya "Minke", tokoh utama dalam Bumi Manusia yang menolak tunduk pada penindasan, Pram juga menolak menyerah. Meskipun ia dilarang meninggalkan negeri untuk menerima berbagai penghargaan internasional, suaranya tetap menggema.

Dunia tak menutup mata. Ia dianugerahi Ramon Magsaysay Award, dinominasikan untuk Nobel Sastra, dan karyanya diterjemahkan ke berbagai bahasa.

Bahkan buku-bukunya dilarang beredar, generasi muda tetap mencarinya, membacanya secara sembunyi-sembunyi, seolah membisikkan perlawanan dalam diam.

Mahakarya yang Tak Pernah Mati

Kini, Pramoedya telah tiada, tetapi suaranya tetap hidup. Ia membuktikan bahwa kata-kata lebih kuat dari borgol, lebih tajam dari senapan, dan lebih abadi dari kekuasaan yang berusaha membungkam.

Ia adalah bukti bahwa kekuasaan bisa merampas kebebasan, bisa menghapus nama dari daftar penghargaan, bisa membakar naskah hingga menjadi abu. Tapi kekuasaan tak pernah benar-benar bisa membungkam kekuatan kata-kata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun