Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Hilangnya Becak, Hilangnya Kenangan: Krisis Transportasi Publik di Kabupaten Tasikmalaya

22 Januari 2025   20:46 Diperbarui: 22 Januari 2025   20:46 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda membayangkan sebuah dunia tanpa deru roda becak yang menyusuri jalan-jalan kecil? Di Kabupaten Tasikmalaya, hal itu bukan lagi bayangan, melainkan kenyataan yang pilu. Becak, simbol kehangatan tradisional transportasi publik, kini menghilang bagai ditelan waktu.

Becak dulunya adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Suara gemuruh pelan roda becak, canda tawa penumpang, hingga senyum ramah para abang becak adalah pemandangan sehari-hari. 

Namun sekarang, anak-anak kecil bahkan banyak yang tidak tahu apa itu becak, apalagi memiliki pengalaman menaikinya. Kedua anak saya tidak pernah melihat becak. Dia hanya mendengar cerita dari saya tentang serunya naik becak waktu kecil dulu.

Krisis ini tidak datang tiba-tiba. Kehadiran ojek online, sepeda motor, dan angkutan kota telah menggantikan peran becak. 

Abang becak yang dulunya menjadi pahlawan di pagi hari, mengantar anak-anak ke sekolah atau membantu ibu-ibu berbelanja ke pasar, kini kehilangan tempatnya di jalanan.

Bagi banyak orang, becak bukan hanya alat transportasi. Becak adalah kenangan. Becak adalah perjalanan pertama ke sekolah, tempat bercerita sambil menikmati angin, atau alat untuk menjelajahi kampung dengan cara yang sederhana.

Salah satu yang tak terlupakan adalah momen-momen lucu dan menegangkan saat naik becak. Saya ingat, saat masih menjadi anak TK dengan penuh semangat saya berlari dan naik becak duluan saat ibu saya dan mang becak masih menyepakati ongkos perjalanan. Alhasil becak jalan sendiri dan dikejar oleh mang becak dan juga ibu saya.

Tak kalah seru saat SMP saya pernah jatuh dari becak bersama almarhum Nenek gara-gara membawa banyak barang dan agak ngebut di turunan. Rasanya cukup fantastis bagaikan naik wahana permainan ekstrim.

Beca terbalik, kami jatuh ke jalan begitu pun mang becaknya. Alhamdulillah, saat itu kami tidak apa-apa walaupun sedikit menanggung malu.

Bila teringat semua itu pasti saya akan sedikit tertawa. Kenangan lucu tersebut mengingatkan moment seru bersama almarhumah nenek dulu. Mang becak sampai minta maaf berkali-kali dan menggratiskan biaya ongkosnya. Tapi kami tetap membayar. Ya, masa kami tega, namanya juga kan musibah.

Kenangan seperti ini, meskipun sederhana, adalah bagian dari kehangatan dan kedekatan yang ditawarkan becak. Anak-anak yang tumbuh tanpa pengalaman ini kehilangan cerita yang bisa mereka bagikan di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun