Ibu, masih kuingat hangatnya jemarimu,
Saat aku kecil dan dunia begitu sempit bagiku.
Kau genggam tanganku dengan cinta tanpa batas,
Menghapus segala takut, menyembuhkan segala resah.
Kau adalah pelindung yang tak pernah lelah,
Menahan lapar di balik senyum yang ramah.
Menggenggam duka tanpa suara,
Menjadi perisai dalam badai yang melanda.
Saat ku jauh darimu..
Hanya sunyi yang menjawab panggilanku,
Hanya rindu yang mengguratkan luka,
Hanya doa yang selalu kukirimkan tanpa suara.
Betapa rinduku pada pelukanmu,
Pada suaramu yang menyejukkan hatiku.
Setiap malam aku memejamkan mata,
Mencari bayangmu dalam ingatan terindahku
Ibu,
Aku kini mengerti,
Bahwa setiap langkah yang kau tempuh adalah cinta,
Cinta yang mengikis tubuhmu tanpa kau peduli.
Dahagamu, deritamu, adalah harga dari bahagiaku.
Jika saja waktu bisa kembali,
Akan kuhapus setiap lelahmu
Akan kupeluk erat tubuhmu
Dan kubisikkan berjuta rasa cintaku padamu..
Ibu,
Di sini, aku selalu merindu
Menanti senyummu yang teduh
Mengharap hangat jemarimu membelaiku
Menghempas dusta dunia yang penuh tipu
Tuhan, jagalah dia untukku
Berikan kebahagiaan untuknya
Sebagaimana ia slalu menjagaku, dalam hangat kasih dan cintanya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H