Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jejak Langit Lembayung: Lukisan Takdir di Atas Sebuah Keterbatasan (7)

13 Oktober 2024   08:15 Diperbarui: 13 Oktober 2024   08:25 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

**Bagian 7: Karya Pertama Lembayung yang Menggetarkan Hati**

_Bu Shaliha selalu sabar dan telaten dalam mengembangkan bakat Lembayung. Ia melihat bakat-bakat istimewa dari salah satu peserta didiknya itu._

Setiap hari, Bima mengantar putrinya ke sekolah dengan penuh kasih sayang. Pekerjaannya yang kini lebih stabil memungkinkan Bima menjemput Lembayung saat istirahat, namun, di hari-hari yang sibuk, Lembayung sering dititipkan pada Bu Shaliha. Sekolah menjadi tempat di mana Lembayung berkembang, dan Bu Shaliha selalu dengan senang hati menjaga serta membimbing Lembayung.

Keakraban mereka semakin erat. Tak jarang Bima datang ke sekolah membawa makanan siang, menyempatkan waktu untuk makan bersama Lembayung dan Bu Shaliha. Dalam momen-momen tersebut, Bu Shaliha semakin terpesona oleh perhatian dan cinta yang begitu besar dari Bima untuk putrinya. Sosok Bima yang tampan dan penuh kasih membuatnya tersentuh, meski ia berusaha menyimpan perasaannya sendiri.

Bakat Lembayung pun mulai tampak semakin jelas. Bima yang menyadari kemampuan seni Bu Shaliha akhirnya meminta bantuan untuk memberikan les menggambar khusus bagi Lembayung. Dengan senang hati, Bu Shaliha menerima tawaran itu. Setiap sore, Lembayung dengan penuh antusias mengikuti kelas menggambar. Ia mulai merasakan keindahan dalam melukis, menuangkan perasaannya melalui warna dan garis.

Suatu hari, saat Lembayung sedang asyik menggambar, Bu Shaliha terpukau dengan salah satu karya terindahnya. Ia memuji sekaligus mengajukan pertanyaan"Lembayung  gambar apa? Ini indah sekali nak." 

"Ini Lembayung Bu,  Aku suka menggambar senja, seperti namaku." Jawan Lembayung.

"Luar biasa, apa yang kamu gambar selalu punya cerita di baliknya." puji Bu Shaliha. Lembayung tersenyum malu dan hanya menjawab, "Bu Shaliha baik sekali. 

Lembayung menghasilkan karya pertama yang menggetarkan hati: sebuah lukisan senja yang indah dan penuh makna. Ada keindahan, kesedihan dan kerinduan mendalam di dalamnya.

Bu Shaliha sering mendokumentasikan proses Lembayung dalam belajar melukis, terkadang melalui foto atau video. Ia merasa bangga dengan perkembangan Lembayung. Setelah mendapat persetujuan dari Bima dan Lembayung, Bu Shaliha memosting beberapa hasil karya dan momen Lembayung di media sosialnya.

Lukisan senja yang pertama itu akhirnya dipamerkan dalam sebuah acara di sekolah. Saat itu, perhatian tak terduga datang dari Pak Walikota yang hadir sebagai tamu undangan. Ia terpukau oleh keindahan dan makna di balik lukisan Lembayung. "Siapa yang melukis ini?" tanya Pak Walikota kepada panitia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun