"Ini lukisan Lembayung, Pak. Salah satu peserta didik kami. Lembayung peserta didik dengan hambatan fisik, tapi bakatnya memang luar biasa, ia melukis menggunakan kakinya pak" jawab kepala sekolah dengan bangga.
Pak Walikota mendekati lukisan itu, tertegun sesaat. "Ini bukan sekadar gambar. Ada sesuatu yang dalam di sini, sesuatu yang menyentuh hati," katanya sambil menatap lukisan tersebut. "Bolehkah saya membelinya Bu?" Tanya pak Walikota selanjutnya."
***
Lukisan pertama Lembayung terjual dengan harga yang fantastis. Tak lama setelah acara itu, Lembayung dan Bima diundang untuk menghadiri sebuah acara di Balai Kota. Pak Walikota ingin memberi penghargaan khusus atas bakat Lembayung yang luar biasa.Â
Saat bertemu di acara tersebut, Lembayung, dengan polosnya, bercerita kepada Pak Walikota tentang bagaimana ia melukis."Aku suka senja, Pak," ucap Lembayung, "karena langitnya selalu berwarna lembayung seperti namaku."
Pak Walikota tersenyum. "Kamu luar biasa, Lembayung. Teruskan bakatmu. Kami semua akan mendukungmu."
Karya Lembayung yang menyentuh hati mulai dikenal banyak orang setelah menjadi viral di media sosial. Bima, yang melihat semua ini, hanya bisa menatap putrinya dengan mata berkaca-kaca. "Ayah bangga sekali sama kamu, Lembayung," katanya sambil mengusap lembut rambut putrinya.
Lembayung tersenyum cerah, lalu berkata, "Semua ini karena Baba dan Bu Shaliha. Lembayung cuma ingin buat Baba bahagia."
Momen ini membuka pintu baru bagi Lembayung. Ia kini tidak hanya dikenal di sekolah, tetapi bakat seninya mulai dikenal lebih luas. Banyak yang tertarik untuk mengenal dan mendukung perkembangan Lembayung.Â
Bagi Bima, ini adalah harapan baru. Lembayung, meski lahir dengan segala keterbatasan, telah menunjukkan bahwa ia mampu menembus segala rintangan dengan bakat dan ketulusan hatinya.
*Bersambung*
***