Mohon tunggu...
Nuning Sapta Rahayu
Nuning Sapta Rahayu Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Khusus/Narasumber GPK/Narasumber Praktik Baik IKM

Seorang Guru Pendidikan khusus yang aktif dalam kegiatan literasi, Organisasi Profesi dan berbagai kegiatan terkait Dunia Pendidikan Khusus dan Pendidikan Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Naya, Pengantin sang Pangeran Misterius

11 September 2024   21:57 Diperbarui: 11 September 2024   22:04 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apakah dia masih mengingatku?" Naya sering bertanya dalam hatinya saat malam-malam sepi.

Malam itu, di tengah rasa rindu yang tak terjelaskan, Naya tertidur. Untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun, pangeran itu muncul kembali dalam mimpinya. Namun kali ini, wajahnya bukanlah wajah yang lembut dan penuh kehangatan seperti dulu. Wajah sang pangeran tampak berbeda, marah, kecewa, tapi juga penuh kesedihan.

"Naya, kenapa kau melupakan janji kita?" tanyanya dalam suara yang dingin namun penuh luka.

Naya tidak tahu harus berkata apa. Semua perasaan yang pernah ia pendam bertahun-tahun meledak. Namun sebelum ia sempat menjawab, pangeran itu berbalik, meninggalkannya dalam kehampaan. Naya terbangun dengan keringat dingin membasahi tubuhnya. Sang pangeran telah kembali, dan untuk pertama kalinya, Naya merasa ada bagian dari dirinya yang hilang selama ini.

Hari-hari berlalu, dan meskipun Naya telah menikah, kesepian yang ia rasakan semakin dalam. Pada suatu malam yang sunyi, ketika suaminya tidak pulang karena pekerjaan, Naya merasakan keinginan yang kuat untuk kembali bertemu dengan sang pangeran.

"Jika kau mendengarku, datanglah," bisik Naya pelan sebelum ia tertidur.

Seperti memenuhi panggilan itu, sang Pangeran muncul dalam mimpinya, mengulurkan tangannya. "Aku Arya. Ikutlah denganku, Naya. Aku telah menunggumu," katanya lembut.

Naya merasa hatinya tertarik. Tangan Arya terasa hangat dan menenangkan, berbeda dari apa yang ia rasakan selama ini. Sebelum ia sempat menolak, Naya sudah berada di tempat yang sama sekali berbeda, sebuah desa yang begitu indah, dengan hamparan kebun bunga yang mempesona, air terjun yang jernih, dan istana megah di kejauhan.

"Di sinilah tempatmu. Di sinilah seharusnya kau berada," Arya menatap Naya dengan penuh cinta.

"Ini... terlalu indah," bisik Naya, terpesona oleh keindahan negeri itu.

Arya kemudian membawanya ke dalam istana, di mana penduduk desa sudah menunggu. Mereka berpakaian seperti dari zaman kerajaan, dan semuanya membungkuk hormat kepada Naya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun